Wednesday, October 20, 2010

BUS DAMRI AND ME

Pulang dari Kuningan ceritanyan mau nyoba naik bus Damri.  Bila hari biasa untuk bisa duduk nyaman, kami bisa menunggu di sepanjang jalur yang dilintasinya.  Tapi tidak untuk hari hari usai Lebaran, bila sekiranya ingin duduk nyaman terpaksa harus datang langsung ke Pool nya di daerah Ciawi atau keTerminal Kertawangunan.
Terminal Kertawangunan adalah terimal Tipe A yang dibangun untuk menggantikan Terminal Cirendang, lokasinya lumayan jauh dari rumah yang berada di sekitar Bandorasa, kira2 memakan waktu 30 menit perjalanan.

Dari luar terminal Kertawangunan terlihat begitu megah,  tidaklah heran karena terminal tersebut telah menghabiskan dana Rp.22.5 Miliar yang diambil dari APBD tahun 2006 - 2008.  Dengan luas sekitar 5 hektare, terminal tersebut dapat menampung sekitar 200 an bus serta ratusan angkutan umum.  Tapi begitu kami memasuki terminal tersebut alangkah terheran herannya kami dengan keadaannya yang begitu memprihatikan. Banyak bangunan yang kosong, terbengkalai dan tidak terawat, rumputnya tinggi tinggi, toilet nya kotor belum lagi air dari krannya tidak ada yang mengalir, yang ada hanya air di ember kecil, dan harus bayar pula.

Di kompleks terminal tersebut berdiri juga masjid, lumayan besar, tapi lagi lagi toiletnya bukan main kotornya, penuh dengan kotoran burung, di masjid ini air cukup berlimpah tapi saluran pembuangannya yang tersumbat sehingga membuat genangan air di sekitar toilet dan tempat wudhu.
Bus bus dan angkutan umum hanya numpang lewat saja, keadaannya begitu sepi tidak seperti terminal Tipe A pada umumnya.

Begitu kami sampai, bus Damri yang cuma satu satunya telah penuh dan siap berangkat, terpaksa kami menunggu keberangkatan berikutnya. Sebelumnya kami tidak mengetahui jam-jam keberangkatan Damri dari Kuningan, sebelumnya kami telah mencoba menelepon terminal Kertawangunan, Cicaheum, pool Damri bahkan hotline service Damri semua silent ga da yang angkat, dan setelah kami sampai di terminal dan mengkonfirmasikan hal tersebut kepada petugasnya, blio cuma bilang " kenapa ga telpon nomor ini saja, sambil menunjuk sederetan angka yang membentuk nomor HP"  Gubrakkk!!!!

Karena saat itu arus balik maka kami harus meminta nomor kepada petugas  agar nantinya kami dapat tempat duduk.  Setelah hampir 4 jam kami menunggu, akhirnya Bus pun datang, yang tidak mendapat nomor dari peugas bisa ikut naik asalkan mau duduk di kursi plastik yang disediakan petugas... hehehe.... aneh2 aja niy Damri.  Bus Damri trayek Kuningan Bandung ini memang brand new, Euro 3 kata om.drivernya, 4 silinder, kata blio sebenernya Bus ini cocoknya buat para pejabat yang mau jalan2 santai, ga bisa dibawa offroad hihihihii.... ga kuat tanjakan.....

Tiket Lebaran ini dibandrol Rp. 40.000,- bila hari biasa hanya Rp. 35.000,-, berhubung kemarin terjadi kemacetan di jalur Damri maka, dengan sigap om driver putar arah lewat Cikijing, tapi teuteup aja ketemu macet di Sumedang, berhubung sampai Bandung sudah malam maka kami langsung ke Pool nya di kebon kawung.  Perjalanan yang sangat melelahkan hampir sama waktunya dengan perjalanan ke Jogja kemarin dulu pfuiiihh..... kayaknya bakal pikir2 lagi deh kalo mau naik Damri deket2 Lebaran.

Jadwal keberangkatan Bus Damri
Kuningan - Bandung
Jam : 06.00 - 07.00 - 08.00 - 13.00 - 14.00 - 15.00
Bandung - Kuningan
Jam : 07.00 - 08.00 - 09.00 - 11.30 - 13.30 - 15.30

Bandung - Indramayu
 Jam : 05.00 - 05.30 - 10.30 - 14.00 - 15.30
Indramayu - Bandung
Jam : 05.00 - 05.30 - 10.30 - 14.00 - 15.00

picture by google


Wednesday, October 6, 2010

JALUR PANTAI SELATAN NAN EKSOTIS

Hari minggu lalu, dengan cuaca yang tidak cukup cerah, dimulailah perjalanan untuk menelusuri jalur pantai selatan yang katanya eksotis.  Perjalanan diawali dari jembatan sungai Citarum, Bojong Buah, Cilampeni, pada pukul 6 pagi.  Suasana jalan masih lenggang sehingga saat mencapai alun alun Ciwidey waktu baru menunjukan pukul 6.30 WIB, berhubung perut belum diisi maka disempatkan untuk makan kupat tahu dulu di alun alun Ciwidey, lumayan murah, dengan 5000 perak, diperoleh kupat tahu yang gak ngecewain.

Perjalanan kami teruskan pada pukul 6.51 WIB dimana mencapai Situ Patengan pada pukul 7.26 WIB, perjalanan diteruskan melalui rute yang berkelok kelok.












Diatas adalah pemandangan yang berhasil di jepret sepanjang jalan arah Naringgul.

Setelah melewati jalan yang berkelok kelok indah sampailah di tugu Rancabali/Baligede pada pukul 8.03 WIB.
Hmmm.... vandalisme ada dimana mana....

Perjalanan dilanjutkan, dan akhirnya tampaklah jempatan Cipandak yang merupakan tempat curahan dari 7 air terjun yang sangat indah bila dilihat dari jalan raya pada pukul 8.24 WIB.










Memang asyik ada air terjun di pinggir jalan......


Perjalanan dilanjutkan sehingga saat sampai Desa Naringgul waktu telah menunjukkan pukul 8.59 WIB, matahari baru muncul ketika waktu menunjukkan pukul 9.07 WIB.  Sampai Tugu batas Kab. Cianjur pukul 9.53 dengan kondisi jalan hanya 40 % saja (maklum bukan daerah kekuasaan wilayah kab Bandung he he he..).

Pemandangan yang dapat dilihat dari dataran yang tertinggi pada pukul 10.15 WIB, sehingga bisa dilihat dengan jelas pemandangan Cianjur Selatan, eh... ada selingan nih ketemu mobil mogok pukul 10.35 WIB sehingga perjalanan sedikit terganggu, tapi no problem soalnya terbayar dengan pemandangan yang indah.  Akhirnya sampailah di jembatan Cidaun pada pukul 10.52 WIB sehingga jarak yang ditempuh kira kira telah 95 km.  Setelah itu kami sempat melewati jembatan Cidamar yang akhirnya menghantarkan perjalanan kami  ke Pantai Jayanti pada pukul 11.09 WIB.













Jadi jarak yang di tempuh dari Jembatan Citarum Cilampeni sampai pantai Jayanti kira kira 100 meter, dengan waktu tempuh kira kira 5 jam.
Pada pukul 11.42 WIB, kami meneruskan perjalanan ke pantai Rancabuaya yang selama perjalanan itu begitu banyak jembatan yang dilewati mungkin sekitar 10 buah jembatan kalo ga salah ...
Kondisi jembatan2 tersebut bagus dan jalan yang dilewati sepanjang pantai selatan itu sangat mulus.  Bagaimana tidak mengasikan pada saat berkendara pemandangan sebelah kanan adalah pesisir pantai dengan ombaknya yang berbuih putih, sementara di sebelah kiri jalan sepanjang mata memandang hanya warna hijau yang terlihat.  Akhirnya kami sampai di pantai Rancabuaya pada pukul 12.44 WIB dengan jaraj tempuh dari jembatan Citarum Cilampeni 127 km.


Vila satu2nya di pantai Rancabuaya


Bila kita ingin menginap di pantai Rancabuaya ada 3 kompleks penginapan dengan nama Vila Jaya Sakti 1 - 3 dengan harga sewa berkisar antara Rp. 150.000 - Rp. 300.000,-  (sttt... gosipnya kompleks penginapan tsb punya Bpk. Hadi Gunawan Orang Bina Marga).  Kami sempat makan siang di pantai Rancabuaya, seafood, kami makan udang asam manis dengan harga Rp. 150.000,- per kilo - mahal juga yaaaa.... tapi gpp lah belum tentu setaun sekali makan udang asam manis di Rancabuaya hehehehhe...

Perjalanan dari pantai Rancabuaya menuju pantai Santolo  sempat terjadi hujan besar sekali sekitar 15 menit, setelah berhenti kami melihat sepanjang pantai yang kami lewati berubah warna menjadi coklat akibat tanah yang terbawa aliran sungai dari atas gunung ke muara sungai.  Tetapi sekalipun hujan pemandangan  pantai selatan punya keindahan tersendiri untuk dilihat.
 Kami sempat terjebak banjir yang mengakibatkan antrian kendaraan cukup panjang, ada beberapa jenis kendaraan yang tidak bisa melewati banjir tersebut yang mengakibatkan antrian menjadi lama.  Tapi akhirnya bankir tersebut bisa dilewati dan perjalanan bisa di teruskan.







Pada pukul 14.13 WIB, kami menuju pantai Santolo Pameungpeuk Garut, dan tiba di Santolo pada pukul 16.06 WIB, total jarak yang di tempuh dari Jembatan Citarum 160 km.







Pemandangan di pantai Santolo cukup indah dengan ombak yang tidak terlalu besar, cocok untuk bermain air apalagi buat anak anak.  Kami menyempatkan membeli ikan asin jambal roti, dengan harga Rp. 60.000/kg.  Ada hal istimewa dar pantai Santolo yaitu Mata Lembu alias keong laut yang konon menurut mitos penduduk sekitar berkhasiat untuk meningkatkan vitalitas kaum lelaki apalagi bila di barengi dengan minum bir.
Akhirnya kami memutuskan keluar dari pantai Santolo pada pukul 16.48 WIB.
Perjalanan pulang kami melewati rangkaian pegunungan Pameungpeuk - Garut dan saat melewati gunung Halimun/gunung Gelap kami sempat menikmati panorama sunset yang sangat eksotis.





Perjalanan kami lanjutkan ke kota Garut dan kami makan malam di RM. Asep Stroberi di Nagrek, lalu diteruskan ke kota Bandung dan tiba di rumah pukul 01.30 WIB karena sempat terjebak macet di Nagrek dan banjir di Rancaekek.

Total jarak tempuh :
Bandung - Jayanti - Rancabuaya - Santolo - Bandung = 320 km.

reported by wawa wiwi 'n bude dhantie