Enaknya jadi remaja zaman sekarang karena banyak dimanjakan dengan berbagai fasilitas dengan dukungan penuh dari teknologi yang telah dikembangkan oleh generasi sebelumnya.
Banyak kemudahan yang remaja.masa kini dapatkan termasuk dalam urusan curhat. Ya, mencurahkan perasaan.hati yang tengah galau, sedih, meriang, merindu, mencinta dan lain sebagainya dengan tumbal kuota. Gak usah capek-capek beli buku diary warna-warni dengan gembok sana sani, cukup dengan buka aplikasi menulis atau log in di media sosial kamu bisa curhat sepuas hati.
Tapi dulu, saat buku teka teki silang masih bergambar Ita Purnamasari dan Dina Mariana, urusan curhat ini masih sedikit belibet. Banyak media yang digunakan seorang remaja untuk mengeluarkan semua unek-unek dihatinya diantaranya menulis di buku diari.
Ya, menulis di buku diary adalah salah satu solusi yang gampang untuk mengekspresikan segala hal yang terpendam di hati. Namun harga diary umumnya cukup menguras kantong yang gak tebal-tebal amat apalagi diary yang memiliki gembok sebesar gembok istana Nothingham. Dengan menulis di diari privacy kita terjaga sepenuhnya.
Namun tak semua orang menyukai diary karena menulis di lembaran kertas berbentuk buku itu adalah monopoli kaum wanita. Tapi apakah curhat dengan cara menulis merupakan monopoli kaum wanita juga? Tentu.saja tidak, karena semua mahluk hidup bebas mencurahkan isi hatinya, tak peduli kamu seorang manusia bergender wanita maupun pria, alien, dinosaurus, atau.mahluk jadi-jadian.
Ada beberapa remaja pria yang juga kerap curhat. Namun karena diary.bukanlah domain mereka maka mereka menuangkan unek-uneknya ke sebuah dinding. Bukan dinding ratapan juga sih tapi dinding toilet atau kamar mandi sekolah maupun kampus. Aksi mereka ini bagaikan para grafeter yang merusak keindahan MRT, gak terpuji sodara. Namun karena dulu belum ada MRT jadi gak papa juga lah ehehe apasih.
Di dinding inilah diantara sedapnya aroma kamar mandi yang memekakan hidung mereka meluapkan perasaan hati yang bergumpal bagai benang kusut itu. Tak ayal dinding toilet pun dipenuhi tulisan dari yang hurufnya model ceker ayam sampai ceker bebek, angsa, masak dikuali. Hebatnya lagi seain tulisan, banyak pula gambar-gambar menarik yang dibuat. Too bad menggambarnya di dinding, cona kalau dikirim ke Pak Tino Sidin pasti dapat predikat "bagus".
Banyak kemudahan yang remaja.masa kini dapatkan termasuk dalam urusan curhat. Ya, mencurahkan perasaan.hati yang tengah galau, sedih, meriang, merindu, mencinta dan lain sebagainya dengan tumbal kuota. Gak usah capek-capek beli buku diary warna-warni dengan gembok sana sani, cukup dengan buka aplikasi menulis atau log in di media sosial kamu bisa curhat sepuas hati.
Tapi dulu, saat buku teka teki silang masih bergambar Ita Purnamasari dan Dina Mariana, urusan curhat ini masih sedikit belibet. Banyak media yang digunakan seorang remaja untuk mengeluarkan semua unek-unek dihatinya diantaranya menulis di buku diari.
Ya, menulis di buku diary adalah salah satu solusi yang gampang untuk mengekspresikan segala hal yang terpendam di hati. Namun harga diary umumnya cukup menguras kantong yang gak tebal-tebal amat apalagi diary yang memiliki gembok sebesar gembok istana Nothingham. Dengan menulis di diari privacy kita terjaga sepenuhnya.
Namun tak semua orang menyukai diary karena menulis di lembaran kertas berbentuk buku itu adalah monopoli kaum wanita. Tapi apakah curhat dengan cara menulis merupakan monopoli kaum wanita juga? Tentu.saja tidak, karena semua mahluk hidup bebas mencurahkan isi hatinya, tak peduli kamu seorang manusia bergender wanita maupun pria, alien, dinosaurus, atau.mahluk jadi-jadian.
Ada beberapa remaja pria yang juga kerap curhat. Namun karena diary.bukanlah domain mereka maka mereka menuangkan unek-uneknya ke sebuah dinding. Bukan dinding ratapan juga sih tapi dinding toilet atau kamar mandi sekolah maupun kampus. Aksi mereka ini bagaikan para grafeter yang merusak keindahan MRT, gak terpuji sodara. Namun karena dulu belum ada MRT jadi gak papa juga lah ehehe apasih.
Di dinding inilah diantara sedapnya aroma kamar mandi yang memekakan hidung mereka meluapkan perasaan hati yang bergumpal bagai benang kusut itu. Tak ayal dinding toilet pun dipenuhi tulisan dari yang hurufnya model ceker ayam sampai ceker bebek, angsa, masak dikuali. Hebatnya lagi seain tulisan, banyak pula gambar-gambar menarik yang dibuat. Too bad menggambarnya di dinding, cona kalau dikirim ke Pak Tino Sidin pasti dapat predikat "bagus".
posted from Bloggeroid