Pagi ini saya ikut nimbrung baca majalahnya Tombak, dan menemukan kata Kantor Pos, yang membuat saya teringat, bahwa sudah cukup lama saya tidak mengunjungi si bapak pos yang humoris itu.
Lalu tanpa diminta, pikiran saya pun melayang kepada beberapa kantor pos yang pernah dan masih saya sambangi, sepanjang karir saya berkirim surat dan beraktivitas pos lainnya.
Kantor pos yang pertama kali saya kenal adalah kantor pos yang hanya dipisahkan dengan 12 rumah, 1 lapangan volley , dan 2 ruas jalan dari rumah saya yang dulu, beda RT tapi masih satu RW. Seringkali saya diajak ibu saya ke sana untuk mengambil wesel kiriman hasil panen dari kampung. Bila tujuhbelasan tiba, kantor pos itu di malam hari berubah fungsi menjadi pusat kegiatan lomba, dari cerdas cermat sampai tenis meja karena mempunyai halaman yang lumayan luas.
Sejak dulu sampai sekarang, kegiatan yang berhubungan dengan pos, saya lakukan di kantor pos yang terletak tidak jauh dari sebuah cemetery itu. Satu hal yang selalu membuat rindu pada kantor pos itu adalah ketukan stempelnya yang khas, lebih heboh dari ketukan palu pak Hakim di pengadilan. Dan jangan pernah datang ke sana bila tanggal 4 tiba, karena bakal kalah saing dengan para bapak ibu pensiunan TNI AU.
Masa kuliah, saya masih menggunakan jasa pos. Email belum sepopuler sekarang. Internet masih menjadi hal yang mahal dan langka. Thank God, bahwa di kampus saya ada gerai pos menclok dengan manisnya. Bapak pos nya ramah dan murah senyum. Saya lumayan sering datang ke kantor pos kampus dalam aksi melancarkan hobi berkirim surat. Saking sukanya menulis surat saya punya teman korespodensi yang tinggalnya hanya sekitar dua kilometer dari kampus, weird but fun.
Kantor pos memang gak pernah mau jauh jauh dari saya, buktinya ketika saya KP di salah satu cabang bank pemerintah, ada sebuah kantor pos berdiri tepat di sebelahnya. Petugas di kantor pos itu adalah seorang wanita, yang dulu masih jarang ditemui di beberapa kantor pos cabang pembantu, berbeda dengan kantor pos pusat/besar yang mayoritas petugas front officenya adalah wanita.
Saya beberapa kali berkunjung ke kantor pos besar itu, biasanya saya lakukan sekalian jalan jalan atau dikejar waktu tanggal pengiriman. Dari berkirim surat lamaran kerja, katalog, undian, TTS sampai paket barang kerap saya lakukan disana. Mengantri panjang pun pernah saya lakoni, bersaing dengan para pengirim surat lamaran CPNS. Yang saya suka disana selain ruangannya yang luas adalah meja tulis di tengah ruangan yang berfungsi pula sebagai kotak surat, bau khas lem kertas takol yang kadang sudah agak mengering, dan pulpen bertali yang alhamdulillah jarang macet macet.
Karena kemajuan teknologi komunikasi cepat sampai seperti internet dengan emailnya, telepon, dan sistem online Bank, membuat aktivitas berkirim surat, telegram, dam wesel pos pun, menurun drastis. Untuk tetap eksis di dalam hati masyarakat, kantor pos kini menyediakan fasilitas pembayaran online untuk listrik, air, telepon, kartu kredit, cicilan kendaraan, sampai pemesanan tiket kereta api. Selain itu kantor pos menyediakan layanan tabungan bekerjasama dengan Bank BTN dengan biaya administrasi paling rendah diantara bank lain. Untuk paket barang, kantor pos tetap nomor wahid dalam faktor daya jangkau karena jaringannya yang luas mengakar dari Sabang sampai Merauke.
Semoga kantor pos tetap ada dan dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada masyrakat sesuai dengan slogannya “ Untuk anda kami ada “.
Hail hail kantor pos !!
*tulisan ini tidak disponsori oleh kantor pos manapun :D
No comments:
Post a Comment