Membaca judul salah satu artikel di sebuah media online yang berbunyi : Artis Pria Tampan Korea Saat Wajib Militer, Masih Keren? Dan saya pun menjawab sambil nyengir “MASIH“. Coba liat deh Kim Jung Hoon, Pemeran pangeran ganteng Lee Yul Goon dalam salah satu drama paling
sukses sepanjang sejarah Korea,
Princess Hours itu malah lebih keren ketika sedang menjalani wamil. Bayangin, dalam dua taun ikutan wamil, tu orang masih aja terlihat keren dan keceh, lha saya? Dua minggu, pulang pulang udah kayak mimi hitam. Kalo Syahrini sih dengan gampangnya bilang, tinggal diobatin aja biar putih lagi, lha saya, tinggal bilang di jemur lagi aja biar garing kayak ikan asin.
Protes? Ah enggak, dua minggu di Pangalengan, dalam rangka melaksanakan kewajiban latihan pendahuluan bela negara atau yang lebih di kenal dengan latsardis adalah hal yang nyebelin tapi juga nyenengin. Serius.
Betapa tidak, awalnya merasa ketar ketir ngeri membayangkan apa yang bakal terjadi di dua minggu ke depan tapi akhirnya misteri ketar ketir pun terjawab dengan segala pengalaman pahit manis yang terjadi.
Saat itu hari ke sepuluh di bulan September. Berbekal kaki yang dioles ramuan bawang merah dan minyak goreng, saya memantapkan hati untuk melangkah dengan pasti dan berdoa agar ramuan itu cocok di kaki, eh bukan maksudnya memantapkan hati untuk benar benar serius mengikuti program ini, serius? Ah yang bener?
Hari pertama adalah hari yang sangat berat, dimana proses adaptasi sedang berlangsung.Pertama kali makan bareng teman teman adalah pengalaman yang menakjubkan. Betapa tidak, makan kali pertama itu horor banget. Piring plastik kami harus bersih dari segala bentuk makanan dalam waktu 3 menit, itu menyiksa sekali kawan. Dengan nasi yang super duper keras, sayur yang judulnya entah apa dengan hiasan ulat ngelel di dalamnya, dan beberapa lauk lain yang gak bikin selera makan terbit membuat piring saya totally tidak bersih. Demi menghindari teriakan galak sang komandan maka sisa nasi di piring pun bertebaran ke mana mana, ada yang di masukan ke tempat minum, ke saku baju, atau ke saku celana dengan gaya blingsatan gak karuan. Jadi inget salah satu scene film Mr.Bean di sebuah resto dimana dia menyembunyikan makanan yang gak di sukainya di tempat tempat yang absurd.
Sebenernya bersyukur banget sih, makanan kami dulu itu sudah sesuai motto 4 sehat 5 sempurna walau rasa dan penampakannya jauh dari sempurna, ya maklum aja deh yang masak kan para prajurit yang baru pulang dari Timtim bukan Chef Vindex paporit saya itu. Ah segitu juga udah uyuhan.
Paling heroik adalah ketika sedang asik asiknya menggerogoti daging ala sendal jepit, lalu tanpa di nyana pak komandan menggebrak meja, serangan udara, nyungsep deh semua ke bawah meja, hal kayak gini nih yang suka bikin tersedak alias keselek di samping makan daging sendal jepit tadi tentunya, harusnya peralatan masak ketentaraan itu di lengkapi dengan panci presto, selain hemat waktu, daging pun tak akan alot seperti sendal swallow. Tapi kebayang repotnya kalo sedang bergerilya di hutan harus bawa bawa panci presto sama gas 3 kilo.
Mandi adalah salah satu aktivitas yang di hindari, dalam rentang waktu dua minggu itu saya mandi hanya 3 kali. Seorang teman ingin memecahkan rekor tidak mandi selama 2 minggu, tapi sayang pada hari terakhir dia jatuh dalam kubangan air dan mengharuskannya bersentuhan dengan air pangalengan yang sangat dingin. Pemecahan rekor pun gagal sudah.
Gak suka mandi karena selain suhu nya yang luar biasa dingin, bisa sampai menyentuh angka 10°C juga karena kamar mandi di sana itu... horrooorrr.
Dini hari ketika sedang lelap lelapnya tidur, terdengar bunyi meriam menggeleggar. Weits mencekam banget deh berasa ada di daerah konflik, bunyi dar der dor memekakkan telinga. Yap, waktunya alarm stelling kawan.Bunyi sirine meraung raung, lampu barak di matikan, sambil masih mengumpulkan nyawa, saya pun blingsatan mencari perlengkapan yang gak boleh ketinggalan. Teman yang sudah siap siap dan cekatan sih adem ayem aja melenggang, sedangkan saya saking paniknya tempat minum pun ketinggalan, akhirnya ya di hukum, push up 15 x dan lari keliling lapangan di pagi yang dingin bersama beberapa teman, di foto pulak sebagai bukti ketidakdisiplinan haha, tapi seperti biasa dilakukan tanpa beban riang gembira.
Paling gak suka adalah ketika pembekalan materi di Aula Sudirman. Kenapa? Karena kita di paksa menerima materi diantara rasa kantuk yang luar biasa hebatnya. Ngantuknya berjamaah pulak, ingin rasanya gogoleran mendengarkan musik sambil memeluk bantal, tapi apa daya ini aula bukan kamar kosan. Gak enak juga ya jadi tentara, gak bisa tidur siang memeluk bantal.
Acara paporit saya adalah acara jalan jalan atau orientasi medan. Lumayan jauh jarak yang di tempuh membuat kaki gempor gak karuan, tapi seenggaknya bisa liat pemandangan, menikmati gemericik air selokan yang jernih, ngambil tomat di kebun orang, jajan jajan sebentar, pokoknya lumayan deh buat menghilangkan rasa jenuh karena berkutat dengan lokasi yang itu itu saja di dalam lingkungan secata.
Nah pada suatu malam, kami harus menjalani sebuah misi, wajah kami di hiasi oleh sapuan hitam larutan norit. Berasa di film Tour of Duty pokoknya, ingin nya sih tampil keren dan serem ala sersan Zeke dengan mencoreng moreng muka tapi hasilnya malah kayak maling kesiangan habis kecebur got. Malam itu acaranya caraka malam. Berjalan berdua dua, saya dengan Telly, sahabat sehidup sengacir, harus berjarak dengan kelompok lain, gak boleh bergerombol, itu teorinya, tapi prakteknya tetap saja bergerombol dengan cara saling tunggu menunggu.
Kami tau, pocong yang terombang ambing di atas pohon itu perbuatan salah seorang menwa, tapi malam yang gelap, bunyi jangkring yang bersahutan dan bau asap kemenyan yang menusuk hidung mengalahkan akal sehat kami, dan ngacir adalah perbuatan kami selanjutnya.
Melewati perkebunan dan pesawahan dengan suara grok grok pak komandan ala babi nyasar membuat susunan pesan yang harus di hafal kabur semua dari pikiran. Rasa takut akhirnya sukses merusak konsentrasi dan nalar.
Kata pak direktur, tujuan diadakan program ini agar nantinya kita terbiasa berdisiplin ria ketika masa perkuliahan tiba. Dengan sangat menyesal cita cita pak direktur tidak terbukti pada saya, karena hampir tiap semester saya harus bayar kompen akibat sering kuliah kesiangan :D.
Ah pak direktur, malu rasanya hati ini pak hihihihihi *evillaugh.

sukses sepanjang sejarah Korea,
Princess Hours itu malah lebih keren ketika sedang menjalani wamil. Bayangin, dalam dua taun ikutan wamil, tu orang masih aja terlihat keren dan keceh, lha saya? Dua minggu, pulang pulang udah kayak mimi hitam. Kalo Syahrini sih dengan gampangnya bilang, tinggal diobatin aja biar putih lagi, lha saya, tinggal bilang di jemur lagi aja biar garing kayak ikan asin.
Protes? Ah enggak, dua minggu di Pangalengan, dalam rangka melaksanakan kewajiban latihan pendahuluan bela negara atau yang lebih di kenal dengan latsardis adalah hal yang nyebelin tapi juga nyenengin. Serius.
Betapa tidak, awalnya merasa ketar ketir ngeri membayangkan apa yang bakal terjadi di dua minggu ke depan tapi akhirnya misteri ketar ketir pun terjawab dengan segala pengalaman pahit manis yang terjadi.
Saat itu hari ke sepuluh di bulan September. Berbekal kaki yang dioles ramuan bawang merah dan minyak goreng, saya memantapkan hati untuk melangkah dengan pasti dan berdoa agar ramuan itu cocok di kaki, eh bukan maksudnya memantapkan hati untuk benar benar serius mengikuti program ini, serius? Ah yang bener?
Hari pertama adalah hari yang sangat berat, dimana proses adaptasi sedang berlangsung.Pertama kali makan bareng teman teman adalah pengalaman yang menakjubkan. Betapa tidak, makan kali pertama itu horor banget. Piring plastik kami harus bersih dari segala bentuk makanan dalam waktu 3 menit, itu menyiksa sekali kawan. Dengan nasi yang super duper keras, sayur yang judulnya entah apa dengan hiasan ulat ngelel di dalamnya, dan beberapa lauk lain yang gak bikin selera makan terbit membuat piring saya totally tidak bersih. Demi menghindari teriakan galak sang komandan maka sisa nasi di piring pun bertebaran ke mana mana, ada yang di masukan ke tempat minum, ke saku baju, atau ke saku celana dengan gaya blingsatan gak karuan. Jadi inget salah satu scene film Mr.Bean di sebuah resto dimana dia menyembunyikan makanan yang gak di sukainya di tempat tempat yang absurd.
Sebenernya bersyukur banget sih, makanan kami dulu itu sudah sesuai motto 4 sehat 5 sempurna walau rasa dan penampakannya jauh dari sempurna, ya maklum aja deh yang masak kan para prajurit yang baru pulang dari Timtim bukan Chef Vindex paporit saya itu. Ah segitu juga udah uyuhan.
Paling heroik adalah ketika sedang asik asiknya menggerogoti daging ala sendal jepit, lalu tanpa di nyana pak komandan menggebrak meja, serangan udara, nyungsep deh semua ke bawah meja, hal kayak gini nih yang suka bikin tersedak alias keselek di samping makan daging sendal jepit tadi tentunya, harusnya peralatan masak ketentaraan itu di lengkapi dengan panci presto, selain hemat waktu, daging pun tak akan alot seperti sendal swallow. Tapi kebayang repotnya kalo sedang bergerilya di hutan harus bawa bawa panci presto sama gas 3 kilo.
Mandi adalah salah satu aktivitas yang di hindari, dalam rentang waktu dua minggu itu saya mandi hanya 3 kali. Seorang teman ingin memecahkan rekor tidak mandi selama 2 minggu, tapi sayang pada hari terakhir dia jatuh dalam kubangan air dan mengharuskannya bersentuhan dengan air pangalengan yang sangat dingin. Pemecahan rekor pun gagal sudah.
Gak suka mandi karena selain suhu nya yang luar biasa dingin, bisa sampai menyentuh angka 10°C juga karena kamar mandi di sana itu... horrooorrr.
Dini hari ketika sedang lelap lelapnya tidur, terdengar bunyi meriam menggeleggar. Weits mencekam banget deh berasa ada di daerah konflik, bunyi dar der dor memekakkan telinga. Yap, waktunya alarm stelling kawan.Bunyi sirine meraung raung, lampu barak di matikan, sambil masih mengumpulkan nyawa, saya pun blingsatan mencari perlengkapan yang gak boleh ketinggalan. Teman yang sudah siap siap dan cekatan sih adem ayem aja melenggang, sedangkan saya saking paniknya tempat minum pun ketinggalan, akhirnya ya di hukum, push up 15 x dan lari keliling lapangan di pagi yang dingin bersama beberapa teman, di foto pulak sebagai bukti ketidakdisiplinan haha, tapi seperti biasa dilakukan tanpa beban riang gembira.
Paling gak suka adalah ketika pembekalan materi di Aula Sudirman. Kenapa? Karena kita di paksa menerima materi diantara rasa kantuk yang luar biasa hebatnya. Ngantuknya berjamaah pulak, ingin rasanya gogoleran mendengarkan musik sambil memeluk bantal, tapi apa daya ini aula bukan kamar kosan. Gak enak juga ya jadi tentara, gak bisa tidur siang memeluk bantal.
Acara paporit saya adalah acara jalan jalan atau orientasi medan. Lumayan jauh jarak yang di tempuh membuat kaki gempor gak karuan, tapi seenggaknya bisa liat pemandangan, menikmati gemericik air selokan yang jernih, ngambil tomat di kebun orang, jajan jajan sebentar, pokoknya lumayan deh buat menghilangkan rasa jenuh karena berkutat dengan lokasi yang itu itu saja di dalam lingkungan secata.
Nah pada suatu malam, kami harus menjalani sebuah misi, wajah kami di hiasi oleh sapuan hitam larutan norit. Berasa di film Tour of Duty pokoknya, ingin nya sih tampil keren dan serem ala sersan Zeke dengan mencoreng moreng muka tapi hasilnya malah kayak maling kesiangan habis kecebur got. Malam itu acaranya caraka malam. Berjalan berdua dua, saya dengan Telly, sahabat sehidup sengacir, harus berjarak dengan kelompok lain, gak boleh bergerombol, itu teorinya, tapi prakteknya tetap saja bergerombol dengan cara saling tunggu menunggu.
Kami tau, pocong yang terombang ambing di atas pohon itu perbuatan salah seorang menwa, tapi malam yang gelap, bunyi jangkring yang bersahutan dan bau asap kemenyan yang menusuk hidung mengalahkan akal sehat kami, dan ngacir adalah perbuatan kami selanjutnya.
Melewati perkebunan dan pesawahan dengan suara grok grok pak komandan ala babi nyasar membuat susunan pesan yang harus di hafal kabur semua dari pikiran. Rasa takut akhirnya sukses merusak konsentrasi dan nalar.
Kata pak direktur, tujuan diadakan program ini agar nantinya kita terbiasa berdisiplin ria ketika masa perkuliahan tiba. Dengan sangat menyesal cita cita pak direktur tidak terbukti pada saya, karena hampir tiap semester saya harus bayar kompen akibat sering kuliah kesiangan :D.
Ah pak direktur, malu rasanya hati ini pak hihihihihi *evillaugh.
