Saturday, July 14, 2018

ANOTHER DAY - MELODRAMA

MELODRAMA - ANOTHER DAY
Spend my time and lost my way
Lost my breath and lost my life
Faraway from a love and well
Stay to here and find again

Life the truth and not lies
Start to heaven i'll feels still
Life in the truth dont be afraid the rules
Save me today keep me on the world.
on my own
on my own
on my own

# reff
Here come the rain
Become another days
Love and spell ... Will change the world

Here come the lights
Save me from my own today
When the time ...has fade away

#bridge
We take the light today
We never fade away
Whatever world to say
The sun will rise today...

back to reff..

posted from Bloggeroid

Friday, July 6, 2018

BANDUNG DINGIN

Beberapa hari ini suhu di kota eh kabupaten Bandung terutaminya di Negara Cicukang mengalami kemerosotan yang cukup tajam, entah kalau di Negara Api, belum telponan dengan pangeran Zuko, soalnya masih terkesima dengan para pangeran biru, hidup Mbappe #eh.

Hari ini suhu yang tercatat di hengpon jadul yang diberi kekuatan anti eror oleh Yggdrasil adalah 16 derajat celcius, sebuah pencapaian yang maha hebat karena biasanya berada di angka 22 sampai 30 derajat celcius. Menurut bapak Mul yang bekerja di BMKG, turunnya suhu di beberapa wilayah di Indonesia termasuk di Negara saya tercinta ini adalah karena kandungan uap air di atmosfer hanya sedikit bagai remahan rengginang di kaleng Khong Ghuan sehabis lebaran.

FYI, uap air adalah zat yang gemar menabung, bukan berupa uang kartal atau giral karena hal itu telah di monopoli umat manusia namun rajin menabung energi panas. Nah, karena uap airnya mengalami kelangkaan di musim kemarau ini dengan ditandai dengan gumpalan awan yang menipis maka hal tersebut membuat sang uap air tidak maksimal menangkap energi radiasi yang dipancarkan bumi ke luar angkasa pada malam hari. Sedikitnya jumlah tangkapan energi radiasi tersebut tentu saja berbanding lurus dengan energi yang digunakan untuk meningkatkan suhu di lapisan atmosfer yang dekat dengan permukaan bumi. Alhasil brrrr... udara dingin pun melanda, yang kabarnya akan bertahan sampai bulan September nanti.

Siklon Mario yang bukan teguh "loving you as always" itu rupanya juga akan menggenapi dinginnya udara dengan menyumbangkan tiupan angin yang cukup menggetarkan tali jemuran dan kabel telpon selama beberapa minggu ke depan.

Udara dingin di musim kemarau adalah sebuah tantangan tersendiri, dimana rorombeheun akan berteman akrab dengan eksim, belum lagi muncul penyakit malas beraktivitas karena selalu terbayang-bayang dengan hamparan selimut plus satu gelas susu kental manis hangat yang penuh kontroversi, serta tentu saja satu keniscayaan lainnya yaitu malas mandi.

Tapi jangan khawatir, semuanya bisa diatasi asalkan ada niat yang kuat, kalau niatnya belum juga kuat, tenaaang ada Mbak jamu yang akan mendukung perjuangan dengan persenjataan dan misil balistik spesialis kuat niat.

Mulai hari ini mari kita berperang melawan udara dingin. Jangan sampai kalah dengan Papa Donald Trump yang kabarnya akan memulai perang dagang dimana-mana. Oleh karena itu mulai sekarang perbanyaklah mengkonsumsi air putih, buah-buahan, makanan 4 sehat 5 sempurna (ingat : SKM-nya ganti dengan SKJ). Jangan lupa sediakan pula Vas*line repairing Jelly, minyak b*t pangkat dua serta El*con untuk masalah kulit kering kerontang yang terjangkit alergi pun stres tingkat tinggi.

Bergeraklah, jangan hanya memeluk kompor seharian. Percayalah kompor juga males di pelukin terus setiap hari, gerah. Cukuplah peluk-memeluk menjadi monopoli tiang listrik.

Bagaimana dengan mandi? Bagi yang gak berhubungan baik dengan jenis pemanas air dalam bentuk apa pun, pakailah sinar matahari untuk menjemur satu ember air bakal mandi. Dengan sorotan cahaya matahari musim kemarau yang tak tertutup awan, memanaskan satu ember air adalah pekerjaan cemen bagi sang surya walaupun bumi tengah berada di titik aphelion alias sedang jauh-jauhan dengan matahari.

Jadi, semangat ya!

Selamat menikmati udara dingin Bandung yang katanya bagai di 40 tahun lalu itu dengan tetap beraktivitas. Kyaaa...kyaaa...

Selimutan lagi aaah. Uhuks.

posted from Bloggeroid

Monday, July 2, 2018

MENDAKI CEREMAI

Setelah dua hari kemarin mengobrak-abrik kebun Abah Rakim, hari ini anak-anak ingin naik gunung. Ya, bahasanya naik gunung, padahal hanya sampai di kakinya saja bahkan kemungkinan hanya sampai di ujung jempolnya. Tapi segitu juga sudah uyuhan secara gunung Ceremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat dengan ketinggian 3.078 m dpl.

Mengawali pendakian pada pukul 7.30 pagi, anak-anak terlihat begitu bersemangat. Saya? Terakhir naik gunung adalah gunung Papandayan itu pun naiknya pakai kendaraan, yang ngas nges ngos ya tentu saja mobilnya bukan orangnya apalagi orang-orangan sawah gak usah disebut itu mah.

Kali ini inginnya sih naik permadani terbang tapi gak di kasih pinjam oleh Aladin atas larangan sobatnya, Blue Jin yang bukan merupakan jenis celenong panjing, adanya permadani masjid tapi takut ah nanti kena bully lagi kayak Nissa Sabyan. Terus kepikiran juga mau numpang pesawat Hercules, lha saya nya sedang gak stand by di Lanud Sulaiman. Terbersit juga sih ingin nebeng Air Force One, tapi takut disangka terlalu akrab dengan PapaTrump yang katanya highly di sukai di Indonesia based on pernyataan yang mulia papa minta saham. Ah ya sudahlah akhirnya naik mongtor saja walaupun bukan mongtor mabur. Tapi jangan berburuk sangka dulu karena naik mongtornya gak terus-terusan kok, ada saatnya ikut jalan dengan gerombolan anak-anak nekat dengan rentang usia 4 sampai 16 tahun itu. Sebenarnya karena tengsin juga sih sama anak-anak balitanya hihi. Dan tengsin kali kedua adalah ketika terseok-seok ditengah perjalanan eh disapa bapak-bapak yang pulang ngarit dengan bahasa sunda beraksen Kuningan yang membuat saya gegana untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa jawa. Kenapa harus bahasa jawa? Lha, mbah gugel aja hanya menyediakan bahasa daerah Jawa sama Bali je.

Sebenarnya rute naik gunung itu berakhir di kebun cengkehnya Abah Idi yang kerap disebut bubulak. Tapi anak-anak ngeyel ingin naik terus karena terobsesi oleh tiang sutet. Ah anak-anak ternyata lebih tahu diri, karena untuk mencapai puncak Ceremai adalah ketidakmungkinan akut bagi mereka maka cukuplah tiang sutet yang menancap di ketinggian tertentu itu menjadi pelipur laranya. Yang penting sama-sama tinggi statusnya, bukan in a relationship ataupun it's complicated.

Dari ketinggian yang entah berapa m pdl itu, terlihat lah kota Cirebon dengan hamparan lautnya yang memesona. Dan satu hal yang sangat saya sukai dari perjalanan naik-naik ke kaki gunung ini adalah wanginya aroma bunga kopi yang tengah bermekaran di sana sini.

Setelah puas menatap pemandangan alam di atas ketinggian dan bertanya-tanya bagaimana caranya tiang sutet itu di dirikan, saatnya meluncur turun dan kembali ke bubulak untuk membantu memetik cengkeh walaupun gak maksimal. Rasanya sangat menyenangkan memetik cengkeh dari tangkainya di bawah pohonnya yang rindang. Beberapa kali kepala ini kejatuhan buah cengkeh yang di petik Om Irul, hmm berasa sedang ada di acara saweran kondangan kawinan.

Rasanya ingin berlama-lama di kebun cengkeh namun anak-anak sudah ingin pulang. Ada yang tepar karena terjangkit virus lapar tingkat dewa, ada yang takut dengan laba-laba, ada yang was-was terlewat waktu sholat, sampai ada yang merasa mules segala, ah anak-anak memang selalu penuh dengan warna.

Pulangnya anak-anak bermain air di aliran air gunung yang jernih dan cukup deras walau lebarnya hanya kurang lebih 30 cm saja. Bila Alif kehilangan sebelah sandalnya maka Albany kehilangan uang jajannya di

tempat mereka bersuka ria itu. Ya, begitulah anak-anak, lagi-lagi selalu penuh warna.

Liburan nanti, tunggu Tante ya, kita kembali beraksi, dan ssstt jangan bilang-bilang ke rumput yang bergoyang kalau target kita selanjutnya adalah kebunnya Abah Iing. Merdekaaaaaa!!!

posted from Bloggeroid