Seorang anak lelaki berumur kira kira 10 - 12 tahunan, berkaca mata tebal tengah asik membaca sebuah buku yang nampaknya berupa novel saat ia sedang berboncengan motor dengan ayahnya sore kemarin.
Mungkin terbesit di pikiran orang yang melihatnya sebuah pertanyaan, seseru itukah cerita yang tengah ia baca sampai pantang mundur terus maju membaca buku diatas motor?
Pasti seru, karena membaca sebuah novel itu sama dengan melihat serial drama korea, belum puas jika belum tuntas.
Salah satu hobi saya adalah membaca buku, walau tidak semua genre buku saya baca, selain karena kapasitas otak saya yang terbatas, saya gak suka baca buku yang berat berat, pegel :p.
Buku yang saya baca kebanyakan yang berbau bau fiksi untuk memanjakan imajinasi.
Buku cerita pertama yang saya baca adalah sebuah buku yang bercerita tentang peri dengan pintalan benang emasnya, berjudul Rumplestiskin (?). Buku cerita ini memberi pengalaman membaca yang menyenangkan bagi masa kanak kanak saya. Ceritanya menarik, gambarnya elok dan huruf nya indah.
Dulu bapak saya kerap membelikan saya majalah bobo, walau pun tidak baru tapi majalah anak anak yang di dalamnya ada tokoh tokoh seperti bobo, paman gembul, sirik, juwita, bona dan rong rong itu adalah cikal bakal hobi saya membaca beragam cerita fiksi.
Saya suka membaca novel novel serial. Novel serial pertama yang saya baca adalah Lima Sekawan nya Enid Blyton. Novel anak anak yang menurut saya sangat keren itu menceritakan tentang 4 orang anak bernama Georgina yang selalu ingin di sebut George, Julian, Dick, Anne dan anjing mereka Timmy yang sering melakukan petualangan petualangan hebat dan mendebarkan. Selain lima sekawan, saya pun kerap membaca Trio Detektif dan Alfred Hitchock. Novel yang ternyata bukan di tulis oleh Alfred Hitchock itu sendiri adalah novel yang menceritakan tentang tiga remaja, bernama Jupiter (Jupe), Peter (Pete), dan Robert (Bob) yang kerap memecahkan misteri kasus kasus kriminalitas yang akhirnya membuat kepala polisi Rocky Beach memperbantukan mereka.
Agatha Christie adalah penulis novel berikutnya yang sering saya baca novelnya. Gak susah mencari novel detektif milik Agatha Christie ini karena sejak SMP sampai kuliah, novel ini selalu ada di perpustakaan. Saya sangat menyukai tokoh Hercule Poirot, seorang lelaki necis yang lahir di Belgia, lalu pindah ke Inggris untuk menjadi seorang Detektif Swasta. Poirot mempunyai partner kerja sekaligus sahabat yang sangat ia percaya bernama Kapten Arthur Hastings. Misteri demi misteri di pecahkannya dengan gemilang hanya dengan mengandalkan sel sel kelabu di kepalanya.
Lalu tibalah masa kejayaan si penyihir muda Harry Potter, dengan dua temannya Ronald Weasley dan Hermione Granger. Saya ingat membeli novel remaja ini di Gramedia ketika mereka telah merilis 3 jilid novelnya, little bit too late sih, tapi ah tak ada kata terlambat untuk membaca sebuah novel menarik. Dan JK Rowling ternyata sukses menyihir saya untuk tetap di jalurnya hingga buku ke 7, Harry Potter and the deathly hallows.
Lalu ada Dan Brown, siapa sih yang gak kenal dengan penulis yang suka “pamer“ wawasan dalam novelnya itu. Novel novelnya adalah cerita fiksi yang di balut oleh kecerdasan dan disisipi hal hal nyata. Novelis yang kerap mengkombinasikan sejarah dengan ilmu pengetahuan itu telah menulis beberapa novel best seller. Ciri khas novelnya adalah beralur cepat, bersetting menarik dengan akhir cerita yang tidak mudah untuk di tebak. Da Vinci Code, Angels and Demons, Digital Fortress, The Lost Symbol dan Inferno adalah judul judul novelnya yang telah saya nikmati keseruannya. Sedangkan Deception point, kini sedang saya baca lembar per lembarnya.
Beberapa waktu yang lalu, saya baru saja menyelesaikan novel ke 6, serial The Secrets of the Immortal Nicholas Flamel yang berjudul The Enchantress. Novel yang bercerita tentang dua remaja kembar Sophie dan Josh Newman, serta Nicholas Flamel dan istrinya Perenelle itu mempunyai inti cerita tentang kejahatan yang dikalahkan oleh kebaikan dengan balutan kisah kehidupan abadi. Novel ini di penuhi dengan nama nama tokoh terkenal di dunia sebagai tetua yang di beri kehidupan abadi seperti Mushashi Minamoto, William Shakespeare, Billy the Kid, Nicollo Machiavelli, John Dee, Saint Germain sampai Joan of Arc. Selain nama nama terkenal, novel yang cover nya selalu menarik ini pun bersettingkan tempat tempat terkenal seperti Alcatraz, San Fransisco, Stonehenge dan Paris dengan Katakombenya. Enam buah novel yang masing masing berjudul, The Alchemyst, Magician, Sorceress, Necromancer, Warlock dan Enchantress itu di tulis dengan berbagai kisah mitologi dan legenda didalamnya oleh penulis Irlandia Michael Scott.
Andrea Hirata adalah novelis indonesia yang saya gemari karya karyanya, dari novel tetraloginya, yaitu Laskar Pelangi, Sang pemimpi, Edensor, Maryamah Karvop sampai Dwilogi Padang Bulan dan Cinta di dalam gelas. Gaya bahasanya enak, ceritanya asik, humornya jangan ditanya. Dan ketika beberapa judul novel ini di filmkan saya sama sekali tidak tertarik untuk melihatnya. Menonton filmnya mungkin hanya akan memampatkan imajinasi saya akan novel yang selalu membuat saya tertawa itu.
Jauh sebelum Andrea Hirata, Hilman Hariwijaya telah menyemarakan masa remaja saya dengan Lupus nya. Permen karet dan jambul lupus adalah bagian dari kehidupan remaja tahun 80 sampai 90 an.
Di rak buku masih ada seri Winnetou karya Karl May yang dari dulu menggapai gapai untuk segera di baca. Sebenernya mati gaya juga sih, belum baca novel yang sangat terkenal itu. Tapi lembar kertas HVS nya yang tebal dan huruf nya yang kecil kecil membuat saya sedikit patah semangat untuk mulai membacanya, payah.
Tidak semua orang menyukai kisah kisah fiksi untuk dibaca, tapi bagi saya membaca kisah kisah fiksi adalah salah satu cara untuk bersenang senang sekaligus suatu bentuk usaha untuk menghindari kepikunan di kemudian hari :D.
Sekian, bye. CMIIW.


Mungkin terbesit di pikiran orang yang melihatnya sebuah pertanyaan, seseru itukah cerita yang tengah ia baca sampai pantang mundur terus maju membaca buku diatas motor?
Pasti seru, karena membaca sebuah novel itu sama dengan melihat serial drama korea, belum puas jika belum tuntas.
Salah satu hobi saya adalah membaca buku, walau tidak semua genre buku saya baca, selain karena kapasitas otak saya yang terbatas, saya gak suka baca buku yang berat berat, pegel :p.
Buku yang saya baca kebanyakan yang berbau bau fiksi untuk memanjakan imajinasi.
Buku cerita pertama yang saya baca adalah sebuah buku yang bercerita tentang peri dengan pintalan benang emasnya, berjudul Rumplestiskin (?). Buku cerita ini memberi pengalaman membaca yang menyenangkan bagi masa kanak kanak saya. Ceritanya menarik, gambarnya elok dan huruf nya indah.
Dulu bapak saya kerap membelikan saya majalah bobo, walau pun tidak baru tapi majalah anak anak yang di dalamnya ada tokoh tokoh seperti bobo, paman gembul, sirik, juwita, bona dan rong rong itu adalah cikal bakal hobi saya membaca beragam cerita fiksi.
Saya suka membaca novel novel serial. Novel serial pertama yang saya baca adalah Lima Sekawan nya Enid Blyton. Novel anak anak yang menurut saya sangat keren itu menceritakan tentang 4 orang anak bernama Georgina yang selalu ingin di sebut George, Julian, Dick, Anne dan anjing mereka Timmy yang sering melakukan petualangan petualangan hebat dan mendebarkan. Selain lima sekawan, saya pun kerap membaca Trio Detektif dan Alfred Hitchock. Novel yang ternyata bukan di tulis oleh Alfred Hitchock itu sendiri adalah novel yang menceritakan tentang tiga remaja, bernama Jupiter (Jupe), Peter (Pete), dan Robert (Bob) yang kerap memecahkan misteri kasus kasus kriminalitas yang akhirnya membuat kepala polisi Rocky Beach memperbantukan mereka.
Agatha Christie adalah penulis novel berikutnya yang sering saya baca novelnya. Gak susah mencari novel detektif milik Agatha Christie ini karena sejak SMP sampai kuliah, novel ini selalu ada di perpustakaan. Saya sangat menyukai tokoh Hercule Poirot, seorang lelaki necis yang lahir di Belgia, lalu pindah ke Inggris untuk menjadi seorang Detektif Swasta. Poirot mempunyai partner kerja sekaligus sahabat yang sangat ia percaya bernama Kapten Arthur Hastings. Misteri demi misteri di pecahkannya dengan gemilang hanya dengan mengandalkan sel sel kelabu di kepalanya.
Lalu tibalah masa kejayaan si penyihir muda Harry Potter, dengan dua temannya Ronald Weasley dan Hermione Granger. Saya ingat membeli novel remaja ini di Gramedia ketika mereka telah merilis 3 jilid novelnya, little bit too late sih, tapi ah tak ada kata terlambat untuk membaca sebuah novel menarik. Dan JK Rowling ternyata sukses menyihir saya untuk tetap di jalurnya hingga buku ke 7, Harry Potter and the deathly hallows.
Lalu ada Dan Brown, siapa sih yang gak kenal dengan penulis yang suka “pamer“ wawasan dalam novelnya itu. Novel novelnya adalah cerita fiksi yang di balut oleh kecerdasan dan disisipi hal hal nyata. Novelis yang kerap mengkombinasikan sejarah dengan ilmu pengetahuan itu telah menulis beberapa novel best seller. Ciri khas novelnya adalah beralur cepat, bersetting menarik dengan akhir cerita yang tidak mudah untuk di tebak. Da Vinci Code, Angels and Demons, Digital Fortress, The Lost Symbol dan Inferno adalah judul judul novelnya yang telah saya nikmati keseruannya. Sedangkan Deception point, kini sedang saya baca lembar per lembarnya.
Beberapa waktu yang lalu, saya baru saja menyelesaikan novel ke 6, serial The Secrets of the Immortal Nicholas Flamel yang berjudul The Enchantress. Novel yang bercerita tentang dua remaja kembar Sophie dan Josh Newman, serta Nicholas Flamel dan istrinya Perenelle itu mempunyai inti cerita tentang kejahatan yang dikalahkan oleh kebaikan dengan balutan kisah kehidupan abadi. Novel ini di penuhi dengan nama nama tokoh terkenal di dunia sebagai tetua yang di beri kehidupan abadi seperti Mushashi Minamoto, William Shakespeare, Billy the Kid, Nicollo Machiavelli, John Dee, Saint Germain sampai Joan of Arc. Selain nama nama terkenal, novel yang cover nya selalu menarik ini pun bersettingkan tempat tempat terkenal seperti Alcatraz, San Fransisco, Stonehenge dan Paris dengan Katakombenya. Enam buah novel yang masing masing berjudul, The Alchemyst, Magician, Sorceress, Necromancer, Warlock dan Enchantress itu di tulis dengan berbagai kisah mitologi dan legenda didalamnya oleh penulis Irlandia Michael Scott.
Andrea Hirata adalah novelis indonesia yang saya gemari karya karyanya, dari novel tetraloginya, yaitu Laskar Pelangi, Sang pemimpi, Edensor, Maryamah Karvop sampai Dwilogi Padang Bulan dan Cinta di dalam gelas. Gaya bahasanya enak, ceritanya asik, humornya jangan ditanya. Dan ketika beberapa judul novel ini di filmkan saya sama sekali tidak tertarik untuk melihatnya. Menonton filmnya mungkin hanya akan memampatkan imajinasi saya akan novel yang selalu membuat saya tertawa itu.
Jauh sebelum Andrea Hirata, Hilman Hariwijaya telah menyemarakan masa remaja saya dengan Lupus nya. Permen karet dan jambul lupus adalah bagian dari kehidupan remaja tahun 80 sampai 90 an.
Di rak buku masih ada seri Winnetou karya Karl May yang dari dulu menggapai gapai untuk segera di baca. Sebenernya mati gaya juga sih, belum baca novel yang sangat terkenal itu. Tapi lembar kertas HVS nya yang tebal dan huruf nya yang kecil kecil membuat saya sedikit patah semangat untuk mulai membacanya, payah.
Tidak semua orang menyukai kisah kisah fiksi untuk dibaca, tapi bagi saya membaca kisah kisah fiksi adalah salah satu cara untuk bersenang senang sekaligus suatu bentuk usaha untuk menghindari kepikunan di kemudian hari :D.
Sekian, bye. CMIIW.


posted from Bloggeroid
No comments:
Post a Comment