Wednesday, July 29, 2015

PEUYEUM KETAN ITEM (PKI)

Bila mendengar kata PKI pasti mendadak banyak yang alerhi, gatel gatel sampe meremang bulu kaki. Tapi PKI yang ini enggak tuh. PKI yang gak kenal sama DN Aidit apalagi gambar palu arit ini stand for Peuyeum Ketan Istimewa *bergaya Cherrybelle. Karena gak mau bergaya chibi chibi maka saya ganti istimewanya jadi item, yang penting maksudnya sama heuheu.

Peuyeum ketan hitam adalah salah satu makanan favorit yang sangat saya cintai. Levelnya paling tinggi diantara peuyeum ketan putih dan peuyeum singkong. Sehasyeum apapun peuyeum ketan hitam masih terasa endes di banding dua temannya yang tadi saya sebutkan.

Dulu setiap lebaran tiba, makanan ini tidak pernah absen untuk di hidangkan di meja. Yang membuatnya siapa lagi kalo bukan simbah saya. Menurut simbah, proses pembuatan peuyeum ini harus di lakukan secara berhati hati dan mengikuti aturan tak tertulis yang berlaku secara turun temurun. Aturan tak tertulis itu diantaranya adalah sang pengeksekusi harus dalam keadaan bersih jiwa dan raga, tidak boleh sedang sakit fisik, hati apalagi jiwa. Lebih baik lagi apabila sedang bergembira suka suka. Wadah yang digunakan pun harus dalam keadaan bersih, tidak boleh ada minyak apalagi lemak membandel yang susah hilangnya.
Karena hal hal tersebut diatas lah yang membuat banyak orang langsung balik badan ketika ingin membuatnya, lebih baik pesan atau minta tetangga saja.

Karena penasaran saya pun akhirnya mencoba membuat peuyeum yang berasal dari beras ketan hitam yang di fermentasi dengan bantuan bakteri S. Cerevisiae itu. Kali pertama lumayan sukses, rasa peuyeum saya manis bak acara gula gula nya Bara Pattirajawane.
Tapi kali kedua, peuyeum saya rasanya asem banget seperti bau ketek yang lupa di semprot deodorant spray berkekuatan 48 jam. Padahal ketika membuatnya, saya merasa sedang dalam keadaan hati dan pikiran yang bersih, sebersih keadaan dompet ketika lebaran telah usai. Begitu pula wadah wadah yang di pergunakan semuanya bersih *mungkin heuheu. Beras ketan dan raginya pun di beli di tempat yang sama. Tapi ya dasarnya sudah menjadi takdir sang peuyeum menjadi hasyeum, tidak ada yang bisa di perbuat lagi selain menyulap nya menjadi makanan lain berjudul madu mongso.

Percobaan kali kedua itulah yang membuat saya sedikit trauma, memangnya Marisa aja yang boleh trauma, saya juga boleh dong. Sampai hari ini saya belum pernah mencoba kembali membuat peuyeum yang cocok sekali bila di padukan dengan es puter durian itu.

Karena tak punya keberanian untuk melupakan kegagalan masa lalu atau istilah gawulnya gagal move on, akhirnya saya pun memilih membeli produk jadinya saja yang dikenal dengan PKI tadi. PKI ini berbaur manis dengan makanan lainnya di sebuah toko yang terletak di Jalan SMP No. 1 Cimahi. Entah berapa kali saya telah menikmati rasa manis peuyeum yang di kemasannya terdapat foto bapak ibu pendiri toko itu. Saya biasanya membeli kemasan kecil seharga 15 ribu rupiah. Suatu kali ketika nafsu angkara murka tengah melanda, saya pun membeli PKI dalam kemasan besar dan apa yang terjadi? Rasa peuyeumnya pahit sekali. See? Sang ahli yang ngakunya membuat peuyeum sejak tahun 1962 saja belum bisa menaklukan pembuatan peuyeum ketan hitam yang raginya di buat dari tepung beras, bawang putih dan kayu manis itu, apalagi bocah bau kencur kayak saya :p.

Saya juga pernah merasakan peuyeum ketan hitam yang di jual di supermarket supermarket tertentu. Walau manis tapi sensasi cakres cakres ketan nya ketika di kunyah sama sekali tidak ada. Hal ini terjadi karena teksturnya yang lembek, mungkin pembuatannya di campur dengan ketan putih. Padahal ciri khas peuyeum ketan hitam adalah di rasa keras ketannya.

Saya pun pernah mencicipi peuyeum ketan hitam yang di jual di pasar tradisional atau pasar pasar tumpah sekitaran. Kalo yang ini rasa manis nya kurang ajar karena mereka lagak lagaknya menggunakan gula biang.

Di balik sensasi rasa khasnya, peuyeum ketan hitam yang mengandung zat antioksidan ini ternyata menyimpan banyak khasiat yang bermanfaat bagi tubuh kita diantaranya adalah sebagai pencegah kanker, tumor, dan diabetes. Dapat pula menjaga daya tahan tubuh, memperlancar proses pencernaan, anti aging, membersihkan racun di dalam tubuh, sampai membersihkan kolesterol dalam darah.

Lebaran kali ini saya mendapat dua mangkok peuyeum ketan hitam dari dua tetangga saya yang obaik hatinya. Saya pun gembira tiada tara karena sesungguhnya peuyeum ketan hitam itu mempunyai sensasi rasa yang emejing banget yang gak bisa di definisikan dengan kata kata.




posted from Bloggeroid

Tuesday, July 28, 2015

KADO UNTUK SANG MANTAN

Seorang teman pernah bertanya : “apa kado terindah yang telah kau berikan kepada mantan pacarmu?“

Dan aku pun menjawab :
“pekerjaan hebat, istri yang cantik dan anak anak yang lucu, jadi jangan pernah membenci atau sakit hati kepada mantan yang dulu pergi meninggalkan mu“
posted from Bloggeroid

Monday, July 27, 2015

PASAR CILIMUS

Di hari lebaran ini saya gak mau ketinggalan keren sama pak polisi yang sedang melakukan operasi ketupat di jalan. Tapi operasi yang saya lakukan bukan di jalan melainkan di pasar. Pasar yang saya kunjungi adalah pasar Cilimus Kuningan. Pasar Cilimus ini lumayan bersih, lantai bawahnya di tempati oleh pedagang sayuran dan turunannya. Sedangkan lantai atas di tempati oleh para pedagang sandang dan turunannya.

Banyak hal khas yang saya temui di pasar yang terletak bersebrangan dengan sebuah mesjid ini. Apa saja? Mari kita tengok.
Tahu kuning di pasar ini di jual perbungkus isi 5 dengan harga 2 ribu rupiah. Yang unik adalah kemasannya, plastik yang membungkusnya di buat bergelembung layaknya balon. Rasa tahu di sini hambar tidak seperti tahu cibuntu heuheu.

Satu hal yang wajib di beli di pasar ini adalah ampas kecap. Ampas kecap disini, butirannya masih utuh, dan rasanya sama sekali tidak asin. Dijual perbungkus nya seharga 5 ribu sampai 10 ribu rupiah saja.

Tersebutlah sebuah merk kecap yang terkenal di daerah ini, namanya adalah kecap cap ayam putih. Kecap ini rasanya agak asin dan tidak begitu kental tapi cukup membekas di lidah. Saya tidak lupa selalu membawa pulang kecap produksi Cirebon ini sebagai kenang kenangan eh oleh oleh.

Harga bahan makanan di pasar ini menjelang dan setelah lebaran mengalami kenaikan harga yang fantastis. Gak hanya tiket bis aja yang kena tuslah lebaran, harga pangan pun gak mau kalah. Mentimun yang hari biasanya hanya 6 ribu perkilo, naik menjadi 20 ribu perkilo. Begitu pula dengan daging dagingan harganya bisa naik sampai dua kali lipatnya. Hal ini selain di pengaruhi oleh banyaknya pendatang yang mudik lebaran juga karena permintaan akan bahan pangan naik untuk keperluan tradisi hajatan yang kerap dilangsungkan beberapa hari setelah lebaran.

posted from Bloggeroid

Saturday, July 18, 2015

DI BAWAH KAKI GUNUNG CEREMAI

Tahun ini saya kembali mudik ke pondok mertua indah yang terletak di sebuah desa bernama Bandorasa Kulon, setelah tahun kemarin absen. Desa ini terletak di kaki gunung tertinggi di jawa barat yaitu gunung Ceremai yang puncaknya masih mancung sempurna bak hidungnya artis kegemaran kita semua, Jang Geun Suk #eh itu mah kegemaran guweh aja kalee :p.

Desa yang merupakan salah satu jalur pendakian ke gunung Ceremai itu berdekatan dengan sebuah gedung bersejarah yang ngehits banget dari jaman kompeni sampai sekarang yaitu gedung perjanjian Linggarjati. Selain itu terdapat beberapa objek wisata yang lumayan endang bila dikunjungi, diantaranya Linggarjati Indah dan Curug Si Domba.

Desa ini masuk ke dalam wilayah kabupaten Kuningan yang identik dengan binatang yang juga identik dengan saya yaitu kuda #sigh.

Ngomongin sebuah daerah, gak enak kalo gak ngomongin makanan khas nya. Ada banyak makanan khas daerah yang berbatasan dengan Cirebon ini diantaranya adalah peuyeum ketan putih yang dibungkus dengan daun jambu dan digebruskan ke dalam ember berwarna hitam. Rasa dari peuyeum ini manis sekali, semanis senyuman Lee Min Ho. Selain peyeum ember, ada juga makanan ringan yang disebut opak bakar dan sejenis sirup yang kerap di sebut jeniper. Jeniper adalah singkatan dari Jeruk Nipis Peras, sirup ini belum terlalu lama populer dibandingkan sirup Tjampolay made in Cirebon yang telah eksis sejak tahun 1936.

Kembali ke desa tempat saya mudik. Banyak hal yang baru saya temui seumur hidup saya di desa yang banyak ditinggalkan penduduknya untuk merantau itu. Salah satunya adalah tradisi membangunkan warga untuk sahur yang di namakan Obrog obrog. Obrog obrog ini adalah sekumpulan remaja yang berkeliling kampung dengan mengumandangkan bebunyian dengan menggunakan pengeras suara. Obrog obrog ini membawahi beberapa divisi yaitu reog, burog, jalangkung, ketimpring (kalo gak salah ingat) dan beberapa lagi. Nah, kru obrog obrog ini, pada akhir masa dinasnya yaitu sehari sebelum lebaran akan mendatangi rumah rumah warga dan meminta sumbangan secara sukarela dalam bentuk butiran beras. Tapi terkadang ada juga warga yang menjamu para anggota yang berjumlah belasan sampai puluhan orang itu dengan hidangan makan sahur ala kadarnya.

Selain obrog obrog, tradisi khas warga desa lainnya menjelang lebaran adalah prosesi penyembelihan sapi di salah satu rumah warga. Daging sapi yang di hasilkan lalu di jual kepada warga sekitar. Fresh meat for lebaran.

Ada hal yang unik yang saya temui di sini selain beberapa hal di atas yaitu kebiasaan warga sekitar yang mengadakan hajatan setelah hari lebaran berlangsung. Tak ayal, sehari atau dua hari setelah lebaran banyak berdiri tenda tenda biru dengan berhiaskan janur kuning. Kenapa sih harus pas lebaranan? Karena pada hari lebaran banyak orang yang pulang kampung, dan momen berkumpul nya orang orang perantauan ini lah yang katanya membuat ide hajatan ketika hari raya idul fitri tercetuskan.

Apa yang saya ceritakan diatas adalah sebagian kecil hal menarik yang saya ketahui dari daerah yang terkenal dengan komoditas ubi jalarnya ini. Di balik anggunnya bayang bayang gunung Ceremai masih tersimpan banyak hal unik yang menyelubungi desa ini.

Selamat merayakan Hari Raya Idul Fitri.
Mohon maaf lahir dan batin.




posted from Bloggeroid