Saturday, July 18, 2015

DI BAWAH KAKI GUNUNG CEREMAI

Tahun ini saya kembali mudik ke pondok mertua indah yang terletak di sebuah desa bernama Bandorasa Kulon, setelah tahun kemarin absen. Desa ini terletak di kaki gunung tertinggi di jawa barat yaitu gunung Ceremai yang puncaknya masih mancung sempurna bak hidungnya artis kegemaran kita semua, Jang Geun Suk #eh itu mah kegemaran guweh aja kalee :p.

Desa yang merupakan salah satu jalur pendakian ke gunung Ceremai itu berdekatan dengan sebuah gedung bersejarah yang ngehits banget dari jaman kompeni sampai sekarang yaitu gedung perjanjian Linggarjati. Selain itu terdapat beberapa objek wisata yang lumayan endang bila dikunjungi, diantaranya Linggarjati Indah dan Curug Si Domba.

Desa ini masuk ke dalam wilayah kabupaten Kuningan yang identik dengan binatang yang juga identik dengan saya yaitu kuda #sigh.

Ngomongin sebuah daerah, gak enak kalo gak ngomongin makanan khas nya. Ada banyak makanan khas daerah yang berbatasan dengan Cirebon ini diantaranya adalah peuyeum ketan putih yang dibungkus dengan daun jambu dan digebruskan ke dalam ember berwarna hitam. Rasa dari peuyeum ini manis sekali, semanis senyuman Lee Min Ho. Selain peyeum ember, ada juga makanan ringan yang disebut opak bakar dan sejenis sirup yang kerap di sebut jeniper. Jeniper adalah singkatan dari Jeruk Nipis Peras, sirup ini belum terlalu lama populer dibandingkan sirup Tjampolay made in Cirebon yang telah eksis sejak tahun 1936.

Kembali ke desa tempat saya mudik. Banyak hal yang baru saya temui seumur hidup saya di desa yang banyak ditinggalkan penduduknya untuk merantau itu. Salah satunya adalah tradisi membangunkan warga untuk sahur yang di namakan Obrog obrog. Obrog obrog ini adalah sekumpulan remaja yang berkeliling kampung dengan mengumandangkan bebunyian dengan menggunakan pengeras suara. Obrog obrog ini membawahi beberapa divisi yaitu reog, burog, jalangkung, ketimpring (kalo gak salah ingat) dan beberapa lagi. Nah, kru obrog obrog ini, pada akhir masa dinasnya yaitu sehari sebelum lebaran akan mendatangi rumah rumah warga dan meminta sumbangan secara sukarela dalam bentuk butiran beras. Tapi terkadang ada juga warga yang menjamu para anggota yang berjumlah belasan sampai puluhan orang itu dengan hidangan makan sahur ala kadarnya.

Selain obrog obrog, tradisi khas warga desa lainnya menjelang lebaran adalah prosesi penyembelihan sapi di salah satu rumah warga. Daging sapi yang di hasilkan lalu di jual kepada warga sekitar. Fresh meat for lebaran.

Ada hal yang unik yang saya temui di sini selain beberapa hal di atas yaitu kebiasaan warga sekitar yang mengadakan hajatan setelah hari lebaran berlangsung. Tak ayal, sehari atau dua hari setelah lebaran banyak berdiri tenda tenda biru dengan berhiaskan janur kuning. Kenapa sih harus pas lebaranan? Karena pada hari lebaran banyak orang yang pulang kampung, dan momen berkumpul nya orang orang perantauan ini lah yang katanya membuat ide hajatan ketika hari raya idul fitri tercetuskan.

Apa yang saya ceritakan diatas adalah sebagian kecil hal menarik yang saya ketahui dari daerah yang terkenal dengan komoditas ubi jalarnya ini. Di balik anggunnya bayang bayang gunung Ceremai masih tersimpan banyak hal unik yang menyelubungi desa ini.

Selamat merayakan Hari Raya Idul Fitri.
Mohon maaf lahir dan batin.




posted from Bloggeroid

No comments:

Post a Comment