Sunday, January 27, 2013

LP - HYBRID THEORY : From Surabaya to Bandung

Hybrid Theory adalah album terakhir yang saya beli dalam format kaset berpita.  Album Linkin Park itu pula yang sangat berjasa ketika saya bermuram durja dalam suatu perjalanan yang panjang dan melelahkan di atas kereta api Mutiara Selatan jurusan Surabaya Bandung sekitar tahun 2002 an. 

Duduk bersebelahan dengan si kecemete yang sungguh pendiam membuat saya berpaling kepada walkman yang tergeletak pasrah di dalam tas, dengan satu satu nya kaset yang saya bawa.  Berangkat dari Gubeng pukul 17.10, dengan hawa dingin menusuk tulang karena hujan yang mendera dan pontang pantingnya kipas angin yang berputar di atas kepala saya membuat semakin muram perjalanan kala itu.

Tapi kemuraman saya sedikit terobati oleh teriakan teriakan Chester Bennington yang jernih dan line demi line rappin‘ nya Mike Shinoda yang rapi.
Salah satu album yang masuk dalam buku referensi musik yang di edit oleh Robert Dimery sebagai 1001 albums you must hear before you die ini, memang album yang pantas untuk dinikmati dari awal sampai akhir.  Nomor nomor seperti papercut, one step closer, crawling sampai in the end telah membuat malam saya diatas kereta api itu gak terlalu membosankan. 

Memandangi gelap malam dari balik jendela yang sebagian retak karena ulah beberapa oknum suporter bola lokal yang tidak bertanggung jawab, dengan points of authority di telinga membuat mata saya gak bisa terpejam barang sesaat, asik menikmati luas nya sawah dan tegalan, cahaya lampu yang berpendar di kejauhan, dan bayang bayang pohon besar yang berdiri kokoh sepanjang tepi rel kereta.  Saya tetap terjaga, karena saya ingin tetap terjaga.  Dan untungnya band rock ini lah yang menjadi teman saya, apalagi ketika chester meneriakan line 1 menit 48 detiknya yang terkenal itu “shut up when I‘m talking to you“ mata saya serasa ditarik oleh kekuatan yang entah dari mana, sementara di samping saya si kecemete tertidur pulas, entah mendengkur atau tidak, siapa peduli, toh telinga ini telah di penuhi oleh komposisi musik Linkin Park yang genius. Lirik lirik dalam album ini yang berisikan tentang pengalaman pengalaman pahit sang lead vocalist, terdengar rough dan kadang sedikit menyayat hati, menyempurnakan album yang di nilai lebih punya potensi di banding album ben seangkatannya semisal Korn atau Limp Bizkit.

Dan akhirnya, entah yang kali keberapa album itu saya putar ketika kereta api yang saya tumpangi berhenti tepat di Stasiun Bandung, sekitar pukul 8 pagi an, meleset  dari jadwal yang seharusnya.  Panjang dan lama memang perjalanan yang saya tempuh, tapi setidaknya dengan Linkin Park di telinga, saya jadi merasa lebih dekat dengan mas Ches #eh, maksudnya dengan lagu lagu mereka yang mungkin bakal dikenang sepanjang masa.

Tracks list :
Papercut
One step closer
With you
Points of authority
Crawling
Runaway
By my self
In the end
A place for my head
Forgotten
Cure for the itch
Pushing me away

#salam mas ches eh LP !!!

Published with Blogger-droid v2.0.10

Thursday, January 24, 2013

DILEMA BUBUR KACANG IJO

Malam ini sedang mengidamkan semangkok bubur kacang hijau campur ketan hitam, membuat saya teringat kepada bapak penjual burcang jaman saya kecil dulu.  Menurut saya rasa burcang dia tu belum ada yang ngalahin sampai tulisan ini dibuat.  Kacang hijaunya pilihan, ketan hitamnya wangi banget, manisnya, asli gula pasir lokal dari tebu keturunan baik, santan kentalnya terasa gurih dengan sentuhan sedikit garam dan untuk menyempurnakan aromanya, beliau selalu membubuhi beberapa helai daun pandan baik di buburnya maupun di santannya. Disajikan hangat dalam mangkok keramik berukuran kecil dengan sendok bebek sebagai pelengkapnya membuat sajian burcangtem si bapak berkumis itu lebih berasa istimewa. Satu kata yang bisa mewakili burcangtem nya bapak yang sekarang sudah almarhum itu yaitu SEMPURNA (cegluk).

Burcang bisa dikategorikan sebagai makanan pembuka ataupun penutup, suka suka yang makannya aja deh, mau dimakan sebelum main course boleh, setelah main course juga silahkan, atau bahkan barengan sama main course ya gak ada yang ngelarang, gak ada undang undangnya koq, jadi gak akan ada yang menuntut kamu atas pencemaran nama baik burcang bila dimakan bareng sama main course, at least belum ada yang berkeinginan mengajukan pembuatan undang undangnya :D

Entah sudah berapa banyak tipe burcang yang saya cicipi dari beberapa pembuat burcang kawakan tapi tetep aja gak ada yang sehipster rasa burcang si bapak almarhum tadi.
Ada beberapa yang saya ingat rasanya karena bener bener jauh dari enak, walaupun kalo kata bis kota sih jauh dekat ongkosnya sama, tapi kalo menyangkut burcang jauh dekat rasanya gak sama.
Yang pertama adalah burcang di tempat saya kos dulu, begitu liat performance nya dalam hati saya bilang “ini burcang atau kumpulan kacang ijo berenang di air keruh ckckck“ .  Burcang ini jaaaaauuuh dari enak, sama sekali gak maknyus (pinjem bahasa pak Bondan).  Nih bayangin deh,   tersebutlah sebuah mangkok plastik merah, didalemnya ada sekelompok kacang hijau yang masih berbentuk butiran, mentah segan mateng gak mau, kuahnya ya air kacang ijo itu lalu di cipratin lah sama susu kental manis secuprit karena yang jualnya kikir susu atau mungkin belibet sama stok susu buat anaknya di rumah.  Sebagai pelengkap yang aneh dibubuhi lah dengan beberapa potong roti tawar KW 5.  MANTAP gak tuh !!!

Yang kedua adalah burcang madura yang sekarang banyak bertebaran di Bandung, hampir di setiap pojokan ada aja yang pasang tenda dengan tema bubur kacang madura ini.  Burcangnya sih lumayan lah ya, yang bikin ilfil tu adalah ketan itemnya yang berupa gumpalan ketan menggunung diantara kacang hijau yang sudah lumayan oke.  Ya,mungkin gak salah juga ya secara disebutnya ketan item bukan bubur ketan item, tapi tetep kata kalimat itu gak bisa merayu saya untuk kembali membeli jenis burcang yang satu itu, ogaaaah, period.

Yang terakhir adalah burcang yang pemanisnya pake gula bibit atau gula sakarin, dan berlebihan pulak pemakaiannya, bener bener gak enak jadinya, terlalu manis untuk di lupakan sih slank punya lagu, lha ini saya kasih tagline deh dengan sukarela yaitu “terlalu manis, waktunya di lupakan“.  Ibarat MSG, sakarin ini kalo kebanyakan suka bikin puyeng kepala saya.

Karena kasus burcang yang sungguh menghororkan itu, maka saya cuma punya satu langganan penjual burcang yang menurut saya bisa diterima dengan lidah konservatif saya, gak terlalu manis, kekentalan burcangtemnya cocok,santan nya pas, tapi tetep aja gak bisa ngalahin burcangtem si bapak idola saya dulu. Ya, at least masih ada yang diandalkan deh kalo rasa kangen itu muncul walaupun kadang sang penjualnya susah di temuin, musti muter muter dulu di kompleks orang sambil jelalatan, sukur sukur gak disangka lagi ngecek parameter buat maling besoknya hehe.  Dan apesnya tu penjual burcang sering gak jualan huaaaah.

Pada akhirnya saya sering buat sendiri burcang pake panci presto, seharusnya sih pake slow cooker tapi apa daya belum kesampaian beli alat yang satu itu.  Yaa tapi lumayan lah ya, kalo bikin sendiri tu lebih terjaga kualitasnya dan lebih sehat tentunya walau teksturnya gak bisa memuaskan kerinduan saya terhadap penjual burcang di luar sana  :))

#salam burcang

Published with Blogger-droid v2.0.10

Wednesday, January 23, 2013

SAATNYA BOS BERAKSI

Dunia bisnis kadang menyimpan hal hal aneh disamping hal lain yang lebih serius.  Ini dialami oleh salah seorang kolega suami saya, seorang young entreperneur *kenapa kalo nyebut kata ini selalu teringat si cepot yak* berusia 23 taunan, yang dengan sengaja meninggalkan kuliahnya di kampus elit almamaternya tisna sanjaya itu, demi mewujudkan impiannya menjadi seorang entreperneur sejati (cieh!) dan mungkin juga karena sudah keenakan membaui gepokan uang bergambar tokoh tokoh pahlawan nasional bahkan para mantan presiden USA.

Dia ini adalah pengusaha konfeksi, gak punya brand sendiri, hanya menerima maklun nan dari perusahaan2 yang telah punya nama.  Tapi jangan salah, jumlah pegawainya sudah mengalahkan jumlah pegawai bos saya dulu.

Bulan ini, dia sedang banyak orderan, sampe luber luber deh statusnya, sedangkan kapasitas produksinya mulai gak mencukupi.  Sebagai pengusaha sejati, menambah pegawai adalah hal yang pertama kali muncul dalam pikirannya.  Dia berencana menambah pegawai sablon yang memang sudah sangat keteteran kerjanya.  Pengusaha muda ini mempunyai 5 pegawai sablon kawakan, kalo ibarat boyben, mereka ini bisa disetarakan dengan NKOTB, yang solid gak pernah bongkar pasang line up.  Sangking solidnya, mereka gak rela kalo labelnya mau nambahin anggota baru, dan you know what alasannya ya apalagi kalo bukan takut honornya jadi terbagi bagi, kebayangkan dari 5 orang nambah jadi kayak cherry balle 9 orang atau lebih parah jadi kayak JKT 48, huaaaah nangis darah tu pegawai sablon.  Dan sebagai pegawai sablon kawakan mereka ini punya kendali akan bos nya, entah ilmu pengendalian mana yang diadaptasi mereka dari sang Avatar Aang, air, api, udara, atau bumi, yang bisa membuat bosnya harus berpikir lebih cerdas lagi.  Ketika ide menambah pegawai itu di lemparkan ke forum, si NKOTB versi sablon ini langsung mengancam akan keluar, ya mereka tau gak gampang cari pegawai semodel mereka.  Sang bos galaw tingkat sablon bertinta plastisol, pekerjaan jadi melambat, orderan banyak sudah yang mengantri ibarat pasiennya ponari dan batu bertuahnya yang fenomenal. 
Tapi ternyata galawnya sang bos gak bertahan lama, berganti dengan kejailan tingkat young entreperneur, dengan seringai ala serigala di yellowstone park, sang bos mulai ngerjain pegawainya, membuka order seluas luasnya, menjejali kumpulan boyben itu dengan pekerjaan yang maha banyak, tanpa henti, tanpa jeda.  Pas dengerin cerita itu saya langsung ngebayangin suasana kerja suatu pabrik di sebuah film kartun dengan mesin dan pekerja yang bekerja tanpa henti sampai sampai akhirnya urutan pekerjaannya jadi keliru keliru dan sang pekerja menjadi kering kerontang karena lupa segalanya. 

Sebagai bos berhak lah dia marah marah karena orderan yang gak beres beres, mulailah satu dua anggota boyben itu berkeluh kesah, setres, bahkan mungkin mendekati kegilaan, tapi masih ada yang optimis mengejar ketertinggalan, bekerja bagai robot dan bagai kuda, tanpa rasa, flat, numb, menunjukkan kegigihannya, gak kan menyerah dengan permainan bos nya, berteriak dengan lantang “ kami bisa “ sambil mengangkat screen tinggi tinggi, sementara teman temannya berteriak “ woi, kerja, bukannya latihan orasi buat demo buruh taun depan“.
Dan sang bos pun nyengir di balik motor matic nya yang terparkir manis di sebelah mercy pacarnya dengan umpatan yang hanya diucapkan dalam hati saja “ rasain lu boyben, makan tu kerjaan“.
Dan sampai saya menulis ini, para pegawai sablon kawakan itu belum menyerah, hebaaaad, 10 thumbs up !!!

Masih cerita dari si bos muda ini, suatu pagi yang gak cerah cerah amat, datanglah seorang pemuda ke rumah dia.  Yang pertama kali menemui pemuda itu adalah mama si bos, maka dengan inisiatip emak emak yang kadang rasa ingin tau nya melebihi petugas sensus itu, ditanyalah maksud dan tujuan datang kerumahnya.
Si pemuda dengan polosnya menjawab akan melamar pekerjaan karena melihat iklan lowongan kerja.  Mama si bos bertanya lagi tentang pengalaman kerja sang pemuda.  Masih dengan wajah polos tak bermake up nya, si pemuda mengatakan bahwa dia pernah bekerja sebagai tukang jahit suatu perusahaan di Jl. G.  Mama si bos yang memang lempeng itu berkata kepada anaknya dengan ekspresi dingin.
“tu ada pegawe lu yang mau ngelamar kerja“
Si bos muda ini pun bertanya tanya, apa maksud mamanya.  Ditemui lah sang pemuda, dan ketika tatapan mereka bertemu, pemuda polos pelamar kerja itu langsung jongkok bersimpuh sambil menutupi mukanya malu dan berbisik lirih “ampun bos“  sementara si bos nya pasang tampang jengkel tapi tertawa terbahak bahak di dalam hatinya.  Rupanya si pemuda ingin mencari pekerjaan yang menurut dia lebih baik sementara dia belum mengundurkan diri dan bolos kerja pulak, dan dia gak tau kalo yang dia datangi adalah rumah bos nya sendiri, walhasil bukannya pekerjaan yang di dapat malah ceramah berdurasi satu jam yang dia terima dari orang yang tadinya akan menjadi mantan bosnya atau mungkin sekarang sudah jadi mantan bosnya hehe.

#salam entreperneur sejati

Published with Blogger-droid v2.0.10

Ketika Delman begitu mengesalkan

Delman,  andong, atau keretek itu buat jaman kiwari adalah transportasi yang hipster loh.  Mengapa? Karena eh karena (heits) maap ketularan latahnya allay sebelah,  karena si delman ini udah gak mainstream lagi, beda sendiri, yang make cuma segelintir orang, langka, gak populer,  cuman ada di daerah daerah tertentu aja kayak di pinggiran kota, remote area (cieh!) atau di ujung dunia kayak kampung saya ini (sigh).  Yaa ada juga sih yang berkeliaran di kota, kayak di Taman Ganesha atau di seputar Malioboro, itu pun untuk wisata, model dan tindak tanduknya sungguh berbeda dengan delman yang bakalan saya ceritain ini sebentar lagi.

Delman yang saya maksud ini adalah delman yang bertrayek, ada rutenya, ada ketetapan tarifnya dari kantor desa, bahkan kena tuslah pulak bila lebaran tiba.
Biar agak kebayang sedikit, dengan redo ikhlas  saya gambarin deh bentuknya kayak apa, tapi nggambarnya pake kata kata ya soalnya saya gak jago gambar, gak da turunan sih hehe.

Delman ini bentuknya kayak gerobak, ada pegangannya dua buat nyantolin tali kekang atau apalah itu namanya.  Rodanya dua, kalo delman wisata kan keren tuh rodanya dari kayu yang dibentuk sedemikian rupa, besar dan kadang berjumlah 4 pulak,  lha kalo delman yang ini, rodanya adalah ban mobil yang bener bener gak mecing sama karoseri gerobaknya, jarak antar tempat duduk yang hadap hadapan itu sempit banget, kadang kalo duduk tu kaki penumpang suka belibet, mangkanya ada yang berseloroh “kalo turun, periksa kakinya, kali aja ketuker“.  Bila hujan tiba maka diturunkan lah tirai berupa plastik putih, atau terpal, rasanya kayak di sauna, panas dan ungkep.  Selain itu, delman di sini miskin aksesoris, kacamata kudanya gak keren, bukan rayben, terus surainya gak pernah tu di kasih jepit jepit nan indah, paling ada satu dua bandul dari benang kasur warna warni di atas kepalanya,  gak bikin keren dia punya penampilan.  Tapi, ya gapapa, apalah arti sebuah penampilan, yang penting kan inner beauty nya atau minimal ikutan motto miss world deh, “brain, beauty, and behaviour“ #eh.

Kawan, delman jenis ini, banyak ngeselinnya daripada nyenengin penumpangnya, andai kata saya jadi kades, sudah saya berangus alat transportasi satu ini, bukannya tidak berprikekusiran tapi sebaliknya saya berprikebinatangan. Saatnya membebaskan para kuda dari penindasan yang dilakukan manusia, kuda berhak hidup tenang, santai, gak harus bangun pagi, kerja rodi dengan imbalan yang gak sepantasnya kadang pake disiksa segala, huaaaah miris !!!
Tapi bagaimana lagi, saya hanyalah pecinta hewan nanggung, dan bukan kades si nomor dua ditambah bukan provokator yang mencari uang dari hasil memprovokasi, saya hanyalah seorang penumpang delman yang sering di kecewakan oleh si juragan kuda.

Kecewa? Yup, sudah berapa kali saya dikecewakan, tapi ibarat pacaran kalo masih butuh ya balik lagi balik lagi kalo in sundanesse it called “awet rajet“.  Tapi itu dulu, ketika saya menjadi pengguna setia delman, bayangkan hampir 6 taun saya menggunakan si hipster transportation ini, tapi gak ada tu barang secuprit aja reward dari perkumpulan pengusaha delman, diskon diskon kek, gelar red karpet, kasih tanda kehormatan semisal badge atawa emblim kalo perlu piala bertuliskan “penumpang of the year“ dengan tinta emas, atau mungkin sekedar sertifikat pemecah rekor naik delman selama 6 taun di stempel sama kaki kuda, cukuplah membuat bahagia. 

Balik lagi ke kecewa, emang gak enak ya di kecewain apalagi pake harus bayar, dobel dobel deh bonusnya, yaa kalo bonusnya berupa gaji ke 13 seh siapa yang nolak, tapi kalo bonusnya di genit genitin sama kusir nya, aiiih what tje fuk deh, pake curhat curhat segala, nyeritain betapa wealthy nya dia, kalo jadi kusir bukan lah pekerjaan tapi hobi, ngebuat gatel gatel, merang gitu kayak kena sengat ulet bulu.  Untung aja saya dapet pencerahan dari mengamati bos yang sering ngeles, maka dengan tidak segan dan tenggang rasa sudah saatnya mempraktekan cara ngeles yang baik dan benarnya seperti yang bos saya lakuin,  mati kutu tuh dia meski gak pake peditox.

Bonus kedua eh maksudnya bonus dikecewain gitu adalah ketika anda telah berdandan rapi, pake celana panjang kesayangan yang tukang jaitnya entah sudah kabur kemana, dan kesiangangan pulak, entah karena si kuda capek, belum di massage sama masseur boy, atau belum dirayain ulang taunnya ngebuat binatang yang gak punya udel itu ngamuk sedemikian rupa, melonjak lonjak ala kudanya zorro, meringkik memperlihatkan giginya yang seputih pualam *aih* dan bergerak gak tentu arah karena gak punya kompas, pake di pecutin pulak oleh sang kusir yang rasanya ingin saya tendang dengan gaya banana kick nya Sir David Beckham “i wanna ... i wanna sek asek ah“.  Bagaimana tidak, tu kuda kan ngamuk yak, bukannya di tenangin, di elus elus, eh malah di pecutin, ya makin menjadi lah dia membuat semua penumpang di dalamnya termasuk saya, berhamburan keluar dengan kepanikan yang sangat dan bonusnya celana kesayangan saya jadi korban, robek dengkul kecantol sesuatu, aaih kalo jeans sih saya bakal sorak gembira, lha ini .. hiks.

Yang ketiga, Ngetem nya lama, tau kan  ngetem? Nunggu penumpang sampe tu armada bener bener full tank.  Kalo angkot nih, sifat ngetem nya delman persis angkot 05 yang melegenda itu, sekiranya belum memenuhi kuota ya belum berangkat.  Dan kurang asyem nya, kadang tu delman di maksimal kan banget, sampe kusirnya gak pake duduk di muka tapi di samping, keluar keluar badannya, wah kalo di bis kota nih udah di pecat kusir kayak gitu soalnya dia telah mengeluarkan anggota badan ketika angkutan sedang berjalan (grunt), ya untung aja masih masuk akal posisinya daripada dia nangkring di atas kudanya, emangnya joki kuda pacu.  Kadang si delman ini saking penuhnya sampe kudanya keliatan merana banget pernah kudanya sampe mogok gak mau jalan ckckck, manusia memang penuh pemaksaan.

Yang keempat, gak ada evaluasi dan uji kelayakan kendaraan delman per tahunnya, yang ngebuat gak ada peningkatan pelayanan pelanggan.  Coba kalo ada kan lumayan, ketika polisi tidur bermunculan, maka seharusnya suspensi delman di sesuaikan dengan medan agar gak bikin badan pegal linu dan encok semua, jarak tempat duduk antar penumpangnya agak di perlebar, roda diganti jangan ban mobil bekas, kuda harus di treatment dengan baik dan benar, serta berilah kuda celana yang cocok kalo bisa pake pampers sekalian.

Ngomongin celana kuda, nah ini  paling ngeselin dan jadi bonus yang maha dahsyat.  Gimana enggak, udah ada ketentuannya dari desa, kuda harus ber ce la na *aksen bh oma* tetep aja di langgar, iya tau bahwa peraturan di buat untuk di langgar tapi yang bener aja sob, ini menyangkut kemashlatan hidup orang banyak,polusi menyerang dengan sangarnya, mana si kuda gak tahanan kalo buang hajat di mana aja.  Paling parah kalo pas duduk di depan, sang kuda kebelet waduuuh merasa sangat terhina nih kita sebagai penumpang, dan kayaknya kudanya ngasih bonus cengiran yang paling spesial, ingin di spank tu kuda pake sepatu besinya sendiri eh maksudnya kusirnya karena gak pakein celana kuda yang sesuai dengan SNI.

Itulah kira kira daftar kekecewaan saya terhadap jenis transportasi ramah lingkungan yang satu ini (?),
yang ngebuat saya sekarang ogah menggunakannya  kalo gak bener bener kepepet.  Tapi bagaimana juga, delman akan selalu ada dalam memori saya karena pernah menjadi bagian dari hidup saya selama lebih dari satu repelita :D

#salam cengir kuda, yihaaaaaaaa ...

Published with Blogger-droid v2.0.10

Saturday, January 19, 2013

Andrea Bocelli menyempurnakan kisah cinta King Julien dan Sonya

Kisah cinta “no boundaries“ nya King Julien dan Sonya the Bear di film Madagascar 3 : Europe‘s Most Wanted  telah membuat  lagu con te partiro nya Andrea Bocelli yang indah menjadi lebih indah dan menyentuh.

Salah satu single penyanyi seriosa yang sedari kecil mengidap penyakit congenital glaucoma dan akhirnya mengalami kebutaan karena insiden ketika bermain sepak bola ini dijadikan soundtrack  film Madagascar 3 mengiringi adegan romantis antara King Julien sang “lovable lemur“ dengan Sonya the Bear.

Bersettingkan Vatican senja hari dimana matahari jingga tenggelam di batas horizon, adegan berduaannya King Julien dan Sonya,  menjadi lebih dramatis romantis ketika di tingkahi suara tenor penyanyi yang lahir 22 September 1958 diantara sentuhan gesekan cello dan biola yang menyayat dalam suatu orkestra.

Diawali dengan bunyi deritan sepeda super mini yang dikendarai Sonya dengan King Julien yang menempel dipunggungnya, disitulah con te partiro di mulai.
lalu diikuti dengan adegan King Julien mencium tangan Paus, mencomot cincin Paus lalu menyematkan di jari Sonya yang super gede itu *what a romantic scene*
Setelah itu seperti biasa adegan konyol pun terjadi, sepeda Sonya yang ringsek , rayuan King Julien ketika Sonya ngambek sampai saat King Julien membarter cincin milik Paus dengan sebuah motor Ducati untuk sonya.
Ketika adegan Sonya dan King Julien mengendarai Ducati meninggalkan showroom motor itu, King Julien sempat bilang “can buy love“ :D
Lagu berakhir ketika pemilik show room Ducati di todong banyak senjata polisi karena memegang/memiliki cincin segede gambrengnya Paus ... jengjreng ... haha lemur yang cerdas ataukah licik, si King Julien ini ya?

Con te partiro dalam bahasa inggris berarti time to say goodbye, adalah love song yang sangat menyentuh hati pendengarnya.

Berikut ini lirik Con te partiro dalam terjemahan bahasa inggrisnya.

“Time to say goodbye“

When I'm alone
I dream on the horizon
And words fail
Yes, I know there is no light
In a room where the sun is absent
If you are not with me
At the windows
Show everone my heart
Which you set alight
Enclose within me
The light you
Encountered on the street
I'll go with you
To countries I newer
Saw and shared with you
Now, yes, I shall experience them
I'll go with you
On ships across seas
Which, I know,
No, no, exist no longer
With you I shall experience them
When you are far away
I dream on the horizon
And words fail
And yes, I know
That you are with me
You, my moon, are here with me
My sun, you are here with me
I'll go with you
To countries I never
Saw and shared with you
Now, yes, I shall experience them
I'll go with you
On ships across seas
Which, I know,
No, no, exist no longer
With you I shall experience them again
I'll go with you
On ships across seas
Which, I know,
No, no, exist no longer
With you I shall experience them again
I'll go with you
I, with you

#salam cipikalipit

Published with Blogger-droid v2.0.10

Monday, January 14, 2013

**ketika ANGKOT masih menjadi mainstream transportation**

Angkot a.k.a Angkutan Kota adalah bagian dari hidup saya, bukan karena saya berprofesi sebagai supir angkot ataupun semacam seseorang seperti Haji Imron yang terkenal itu, tapi saya adalah orang yang telah menggunakan salah satu moda angkutan umum itu semenjak kecil bahkan mungkin semenjak ada dalam kandungan ibu saya sampai sekarang.
Dalam perjalanan hidup saya bersama sang angkot, saya banyak merasakan pahit manisnya menggunakan kendaraan umum yang satu itu.  Melewati fase perubahan fisik angkot, terminal, tarif, dan trayek adalah pengalaman berangkot yang luar biasa menarik.
Dulu ketika saya kecil sekitar tahun 80 an, angkot identik dengan Honda, mungkin karena angkot pada jaman itu di dominasi dengan kendaraan bermerk Honda, sehingga bila kita naik angkot pasti dibilang naik Honda.  Kalo kata nenek saya bila mau mengajak berpergian pasti bilang “yook ngonda yook“. 
Sang angkot ini bentuknya kotak, berbody seperti kaleng, dan berpintu di belakang.
Tahun 1987 saya masuk SMP, kebetulan SMP saya itu jaraknya sekitar 12 km dari rumah dan tepat berada di daerah sekitar terminal angkot, sehingga perjalanan ke sekolah itu bisa dibilang perjalanan yang panjang dan lama. Angkot kala itu mengalami peremajaan walau tanpa satu dua oles krim anti aging tentunya.
Tidak hanya Honda yang memonopoli dunia perangkotan tapi mulai lah muncul merk lainnya seperti Daihatsu ataupun Toyota.  Bentuknya sudah agak fashionable, ada yang dijuluki angkot kapsul karena bentuknya menyerupai kapsul ada juga yang di sebut zebra tapi bukan karena bermotif white stripes kayak si marty kuda zebra di madagascar itu ya tapi itu adalah nama tipe kendaraannya yang berbentuk seperti kapsul juga tetapi dalemannya lebih luas.
Dulu angkot yang melalui rumah saya masih kurang banyak armadanya, terkadang bila berangkat sekolah saya harus berebutan untuk mendapatkan satu seat saja.  Pokoknya angkot jaman itu laris manis deh.  Di dalam angkot  terdapat bel yang kadang berbentuk bulat kadang kotak, jadi bila akan turun kita tidak usah teriak teriak ala tarzan, cukup memencet bel yang ada diatas dan pak supir pun berhenti dengan senang.  Saat itu belum ada yang namanya kernet apalagi pengamen yang gonjrang ganjreng dalam angkot. Berangkot kala itu terasa nyaman, tentram dan damai.
Jalanan belum macet seperti sekarang ini, kemacetan hanya terjadi ketika angkot mulai memasuki Jalan Dewi Sartika alias terminal Kebon Kelapa yang membuat saya sering menyerah untuk turun dan berjalan kaki menuju sekolah yang tinggal berjarak beberapa ratus meter saja.  Perjalanan pulang dari sekolah menggunakan angkot menurut saya cukup menyenangkan karena banyak teman seperjalanan yang dapat menghapus rasa capek dan penat. Ketika itu masih ada pula angkutan umum berupa bemo, si kendaraan beroda tiga yang bisingnya minta ampun, untuk trayek tertentu.
Memasuki era 90 an saya sudah menjadi anak SMA, yang dulu semasa SMP saya hanya perlu naik satu kali angkot untuk sampai ke sekolah, ketika SMA saya harus naik dua kali.  Tapi kala itu saya sering menggunakan bis Damri untuk setengah perjalanan ke sekolah karena tarifnya yang sungguh bersahabat.
Nah, angkot kala itu karoserinya sudah gak diragukan lagi deh, bentuknya sudah mulai manis dan menarik, ada sih satu dua yang masih ketinggalan jaman dan biasanya gak pernah di lirik oleh penumpang  yang berjenis anak sekolahan.
Jok artis mulai menjamur, yaitu tempat duduk atau jok kecil yang ditongkrongkan di tempat yang masih kosong terutama di belakang om supir, demi memaksimalkan penumpang.  Jok ini sangat tidak di sukai karena disamping kecil, gak nyaman juga menjadikan penumpangnya berjalan mundur dan terasa panas karena posisinya tepat diatas mesin.  Angkot berkaca film hitam pun mulai bermunculan, entah apa pilosofinya sampai kaca jendela angkot yang bak aquarium itu berlomba lomba di hitamkan atau bahasa keren nya di rayben kan.
Memasuki masa perkuliahan, barisan angkot yang ditumpangi menjadi lebih panjang.  Saya harus 3 bahkan sampai 4 kali gonta ganti angkot demi sampai ke kampus saya yang ada diujung dunia sana. Atau  dua kali angkot satu kali Damri.  Bila pagi hari waktu yang dibutuhkan hanya 1,5 jam saja tapi bila siang atau sore hari bisa menjadi 2 jam an lebih karena kemacetan sudah mulai menjadi tren.  Tidak jarang saya pulang ke rumah menunggu senja menjelang demi menghindari kemacetan yang mulai merajalela.
Saat itu angkot sudah lumayan banyak, om supir mulai kreatif  menjadi seorang DJ dadakan.  Terlihat tumpukan kaset di dashboardnya yang menggunung, tapi sayang koleksi nya gak sesuai dengan telinga saya.  Biasanya om supir itu akan memasang lagunya dengan keras keras. Begitu gegap gempitanya sampai bila kita ngobrol harus berteriak teriak.  Kernet pun mulai bergelantungan, sebagai kolektor ongkos dan berlagak seperti lady escort yang kadang menyebalkan, penuh dengan pemaksaan.
Bila perasaan hati sedang tidak mood untuk ngebis Damri, saya memilih angkot Ledeng untuk meneruskan perjalanan ke kampus.  Rutenya panjang, sedikit muter muter, tapi karena masih pagi saya merasa senang untuk melakukan perjalanan itu.  Gak jarang saya bertemu dengan teman seperjalanan baik yang satu kampus ataupun yang beda kampus.  Ada satu angkot Ledeng yang sangat membekas di hati saya, kenapa? Karena angkot ini jenis angkot yang berbudi pekerti.Interior nya nyaman, rapi, bersih.  Gak ada tu yang namanya jok artis terselip. Yang saya kagumi adalah om supir nya menyiapkan tempat sampah untuk para penumpang.  Ada tulisan besar terpancang bertuliskan “Dilarang Merokok“. Pengharum ruangan menambah nilai plus angkot itu.  Dan satu lagi, Om supirnya sangat santun ^four thumbs up^ deh.
Angkot yang mengantar saya ke kampus dari jalan utama adalah angkot jadul dan antik, hipster pokoknya deh.  Kayaknya nih angkot itu adalah angkot  yang seharusnya tidak beroperasi lagi.  Bentuknya agak kotak dan besar tapi bodynya tidak  seperti kaleng, terlihat dan terasa cukup gagah walau suka ngadat di tanjakan ciwaruga.  Tempat duduk favorit saya diangkot ini adalah pas di pintu, dimana saya bisa merasakan angin semilir, gak bau tujuh rupa, bisa dadah dadah sama teman di luar sana, memandangi pemandangan dengan leluasa dan mudah turun tentunya.
Memasuki masa kerja, saya kembali bergelut dengan angkot, kali ini jarak tempuhnya pendek saja tapi armadanya sedikit sehingga menunggu angkot adalah satu pekerjaan tambahan sebelum ngantor.  Angkot ini penggemarnya banyak tapi entah mengapa jumlah angkotnya gak ditambah tambah, on peak hours,  penumpangnya sampai ada yang bergelantungan di pintu, gak cuma satu orang tapi sampai empat orang.  Dan kursi depannya biasanya dijejali empat orang including om supir, cakep gak tuh.
Saat ini saya masih senang berangkot angkot ria, tapi beban berangkot sekarang lebih hebat. Macet yang semakin gilak, pengamen merajalela, tarif yang membumbung tinggi, trayek yang acak acakan, kebiasaan ngetem tanpa ampun, belum lagi kasus perampokan, hipnotis dan kejahatan lainnya yang menghantui para penumpang angkot masa kini membuat saya harus selalu waspada.  Tapi dari semua permasalahan itu bagaimana pun juga angkot adalah sahabat saya, dan saya pun senang menggunakannya, menikmati perjalanan dengan tulus ikhlas adalah kunci kesuksesan berangkot.  Karena terkadang dari sebuah perjalanan dengan menggunakan angkot, saya bisa menemukan hal hal baru, teman baru, pengalaman baru, cara pandang baru terhadap sesuatu dan banyak lagi. 
Yang jadi pertanyaannya adalah masihkah angkot  menjadi salah satu moda transportasi yang mainstream sekarang ini mengingat makin banyaknya orang menggunakan kendaraan pribadi berupa motor atau pun mobil?
Saya jawab dengan pasti : MASIH !!!
#salam angkot tujuh lima
Published with Blogger-droid v2.0.10

Tuesday, January 8, 2013

RUROUNI KENSHIN : AWESOME !!!

Setelah menunggu selama 4,5 bulan, akhirnya saya bisa menikmati film layar lebarnya nya Takeru Sato that called “Rurouni Kenshin“.  Film yang di adaptasi dari serial manga karya Nobuhiro Watsuki itu menurut saya bisa dikategorikan sebagai awesome movie.

Nonton bareng my hubby, ketika adegan Kenshin naik perahu
dia langsung nyeletuk
“batosai yang ini tu perempuan ya?“  (maklum dia gak tau sejarah manga dan anime samurai x)
“ya cowok lah“
“ah, masa mulus banget mukanya, manis lagi“
Haha ... speechless deh.  Tapi Kenshin Himura memang digambarkan agak seperti perempuan sebagaimana tokoh yang di adaptasi nya yaitu seorang samurai bernama Kawakami Genzai dan Takeru benar benar pas memerankan tokoh samurai bercodet x itu. 

Film ini memang gak penuh adegan2 konyol seperti di animenya, tapi ada sih terselip sedikit adegan adegan yang membuat saya tersenyum bahkan ngakak salto.  Gaya kenshin berlari digandeng kouru, mimik muka kenshin yang berubah dari serius ke konyol, gaya khas garuk2 kepalanya sedikitnya membuat sumringah film yang settingnya agak gloomy itu.  Dan yang membuat saya ngakak adalah siapa lagi kalo bukan tokoh favorit saya Sanosuke Sagara si pemilik pedang Zanbataou yang segede gambreng itu.  Adegan Sano beradu otot dengan Banjin Inui di dapur rumahnya Takeda Kanryu bener bener slebor, masa waktu hot hot nya adu jotos di time out sama si Sano secara dia kelaparan dan nemuin sebonggol daging buat di kunyah, eh pake nawarin lagi ke si Banjin dan jawaban Banjin yang serem itu lebih heboh “aku tidak makan makanan yang tadinya bernyawa“ haha muka dan kelakuan boleh serem tapi teuteup vegetarian jalan.  Satu kekurangan sano yang diperankan oleh munetaka aoki ini adalah dia gak ngemut duri ikan :D

Di film ini fighting scene nya terlihat sangat alami, bener2 kayak nyata deh, kecepatan gerakan kenshin nya top banget,  tehnik hiten mitsurugi ryu yang heboh itu bikin mata gak berkedip, mulut nganga nyaris ngacai, suara gesekan pedangnya bikin merinding, dan saya paling suka ketika kenshin memutar gagang pedangnya untuk membalikan mata sakabatou, sreeeek cekrek widiiiiiihh keeeeereeeeen.

Pokoknya film satu ini gak mengecewakan deh, a must see movie bagi penggemar anime atau manga samurai x. 
Tiga kata dari saya : awesome awesome awesome tanda seru tanda seru tanda seru #eh

Gak sabar liat sekuelnya :D

Published with Blogger-droid v2.0.10

Tuesday, January 1, 2013

AKU DAN KOMPUTER KU

“ihh, loadingnya  nya lama“ hari gini nih, bocah usia 5 taun udah bisa ngeluh tentang apa yang terjadi dengan komputer dihadapannya.  Yup, komputer sekarang ini memang sudah sangat merakyat, menyentuh hampir semua lapisan masyarakat dan usia. Beruntung lah saya karena hidup melalui fase pergantian bentuk hardware dan software komputer ini yang bisa membuat saya semakin bernafas lega dari fase satu ke fase lainnya.

Berkenalan dengan sang komputer aka kompi, kalo gak salah taun 90 an, sebelumnya kalo ada tugas sekolah biasanya saya ngetik pake mesin tik brother inventaris kantornya bokap.  Kompi pertama yang dibelikan kakak adalah tipe XT, eXtended Technology, keluaran IBM,  bentuk nya jangan tanya deh, kotak dan gede, tampilan layarnya hitam putih pulak, penyimpanan datanya pake floppy disk yang bisa buat kipas2.  Di CPU nya ada 2 drive, yang satu buat copy data yang satu buat aplikasi kalo gak salah.  Aplikasi yang digunakan diantaranya Wordstar, Chiwriter, dan Lotus.
OS nya tentu saja masih DOS, dan belum ada tetikusnya.

Beberapa taun kemudian, tu kompi naek derajat jadi AT which means Advance Technology, gak jauh beda sih sama pendahulunya cuma processornya aja lebih hebring, yang saya pake kayaknya yang 286 soalnya belum canggih2 amat, nah kalo yg ini ada hardisk nya sodara beberapa megabytes saja, cukup buat nyimpen aplikasi WS,CW, atau Lotus, jadi tinggal di panggil gak usah pake disket lagi. Disketnya untuk penyimpanan data saja dan udah pake yg mini, warna warni pulak, jadi gak bosen2 amat liatnya.

Di kampus, kompi yang dipakai sudah berbasis windows 95, liat gambar grafis di layarnya saya sungguh girang sangat.  Processornya mungkin sudah pentium 1 atau 2, soalnya rada kenceng larinya.

Untuk TA, saya dipinjemin kakak, laptop, haha gayak, tapi begitu liat laptopnya, langsung mati gayak :‘( Gimana enggak, laptop bermerk compal itu punya layar 10“ yang laydown alias gak bisa berdiri tegak layaknya laptop normal, jadi kalo di pake harus diganjel tumpukan buku atau ngadep tembok.  Laptop yang memakai OS windows 3.1 ini, ketebalannya cukup heboh, beratnya sekilo an lebih deh, ya tapi lumayan lah ya, bisa saya panggul kemana aja, tinggal masukin ke tas grunge saya. Processor yang digunakanya entah apa, pokoknya gak lambat2 amat, yang penting bisa buat ngetik dan main game, lumayan hiburan di tempat kos. Compal ini juga pernah kena virus, layarnya nge blank, panik dong ya, tapi untungnya ada 2 teman saya yang salah satunya adalah anak teknik komputer yang sungguh baik hati dan tidak sombong, sukarela dan tanpa pamrih mengobati si compal ini sehingga bisa beroperasi seperti sedia kala, thanks guys. 
Yaaa bagaimana pun si compal ini telah berjasa dalam penyusunan TA saya, tabik :D
Dan you know what, walaupun laydown tu compal, ada aja seseorang yang ngiler langsung beli brand new laptop compaq seharga 8 jutaan ckckck, inspiratip kan tu laydown laptop.

Memasuki masa kerja taun 2000 an, kompi yang disediakan bos adalah pentium 3 Accer Aspire, lumayan lah ya, orang cuma dipake input data, bikin laporan, korespodensi, sama winamp an.

Di rumah saya pake kompi murah meriah dengan motherboard keluaran VIA, cuma dipake buat main game dan internetan dengan modem internalnya, pake jasa telkom plasa, satu jam nya 9rb perak.

Kalo sekarang2, pake kompi keluaran AMD, soalnya keluaran intel agak lebih mahal dengan speks yang beda2 tipis.  OS yang digunakan ya Windows 7.

Ya begitulah perjalanan saya bersama para kompi, dari masa kegelapan sampai masa pencerahan, dari monitor crt sampai lcd, dari floppy disk sampai usb flash disk, dari floppy disk drive sampai DVD rom, dari DOS sampai Windows dan dari Lotus sampai Excel 2010.

#salam kompi

Published with Blogger-droid v2.0.9

INI LOH PERI SANDRIA YANG ITU

Saya bukan lah penikmat sepak bola, sebagai orang yang gak sabaran, nonton pertandingan olahraga yang satu ini sungguh rada2 menyiksa lahir dan batin :D
Salut deh buat si om dengan Jurgen Klinsmann nya atau eyie dengan Ryan Giggs nya, you girls are rocks !!

Tapi ada satu masa dimana saya sempat melirik persepakbolaan Indonesia karena ada satu nama yang sempat menggetarkan hati menggoyahkan jiwa, siapa lagi kalo bukan the one and only, Peri Sandria.
Striker taun 90 an ini menurut saya adalah striker paling dahsyat seantero Indonesia kala itu.  Bagaimana tidak, dia pernah membawa Timnas Indonesia berkalung emas di Sea Games Tahun 1991, serta menggiring klubnya Bandung Raya menjadi juara Liga Indonesia tahun 1995 - 1996.

Tandeman Dejan Gluscevic ini adalah pemegang rekor gol terbanyak dengan membukukan 34 gol dari 37 pertandingan di musim kompetisi Liga Indonesia tahun 1994 - 1995. Dan predikat top scorer nasional masih dipegang pria kelahiran Binjai 23 September 1969 ini selama 2 dekade terakhir, heboh gak tuh.  Kemanaaa ajaaaa BePe? *tapi saya salut sama BePe, diantara kesibukannya sebagai pemain sepakbola profesional dia masih sempat menulis di blog pribadinya juga menerbitkan buku berjudul ketika jemariku menari, woooh ^two thumbs up^ deh.
Eh kok, jadi ngomongin BePe sih hehe.

Kembali ke asal, Peri Sandria baru2 ini menerima penghargaan dari retower karena menjadi top scorer yang belum dipatahkan rekornya oleh pemain nasional manapun hingga kini, suatu penghargaan yang patut diapresiasi tentunya.

Setelah menanggalkan jersey nya, ayah dari satu orang putri ini berkarir menjadi pelatih berlisensi B Nasional, faktor usia ternyata telah menghambat mantan pemain Persib ini untuk mendapatkan lisensi A, AFC.
Too bad yaa.

Satu lagi nih, semestinya keraton Surakarta memberi gelar kehormatan buat mas Peri Sandria ini, mengikuti jejak Kerajaan Inggris, yang memberikan gelar kehormatan kepada David Bechkam sehingga berhak memakai “sir“ di depan namanya. daripada ngasih tu gelar ke Syahrini apalagi Manohara :p Akhirul kata, mungkin hanya kalimat inilah yang bisa menghibur kegundahan hati selama ini, “Peri ... Peri ... main bola lagi yuk .....

*salam sepak bola

#dari berbagai sumber#

Published with Blogger-droid v2.0.9