Wednesday, January 23, 2013

SAATNYA BOS BERAKSI

Dunia bisnis kadang menyimpan hal hal aneh disamping hal lain yang lebih serius.  Ini dialami oleh salah seorang kolega suami saya, seorang young entreperneur *kenapa kalo nyebut kata ini selalu teringat si cepot yak* berusia 23 taunan, yang dengan sengaja meninggalkan kuliahnya di kampus elit almamaternya tisna sanjaya itu, demi mewujudkan impiannya menjadi seorang entreperneur sejati (cieh!) dan mungkin juga karena sudah keenakan membaui gepokan uang bergambar tokoh tokoh pahlawan nasional bahkan para mantan presiden USA.

Dia ini adalah pengusaha konfeksi, gak punya brand sendiri, hanya menerima maklun nan dari perusahaan2 yang telah punya nama.  Tapi jangan salah, jumlah pegawainya sudah mengalahkan jumlah pegawai bos saya dulu.

Bulan ini, dia sedang banyak orderan, sampe luber luber deh statusnya, sedangkan kapasitas produksinya mulai gak mencukupi.  Sebagai pengusaha sejati, menambah pegawai adalah hal yang pertama kali muncul dalam pikirannya.  Dia berencana menambah pegawai sablon yang memang sudah sangat keteteran kerjanya.  Pengusaha muda ini mempunyai 5 pegawai sablon kawakan, kalo ibarat boyben, mereka ini bisa disetarakan dengan NKOTB, yang solid gak pernah bongkar pasang line up.  Sangking solidnya, mereka gak rela kalo labelnya mau nambahin anggota baru, dan you know what alasannya ya apalagi kalo bukan takut honornya jadi terbagi bagi, kebayangkan dari 5 orang nambah jadi kayak cherry balle 9 orang atau lebih parah jadi kayak JKT 48, huaaaah nangis darah tu pegawai sablon.  Dan sebagai pegawai sablon kawakan mereka ini punya kendali akan bos nya, entah ilmu pengendalian mana yang diadaptasi mereka dari sang Avatar Aang, air, api, udara, atau bumi, yang bisa membuat bosnya harus berpikir lebih cerdas lagi.  Ketika ide menambah pegawai itu di lemparkan ke forum, si NKOTB versi sablon ini langsung mengancam akan keluar, ya mereka tau gak gampang cari pegawai semodel mereka.  Sang bos galaw tingkat sablon bertinta plastisol, pekerjaan jadi melambat, orderan banyak sudah yang mengantri ibarat pasiennya ponari dan batu bertuahnya yang fenomenal. 
Tapi ternyata galawnya sang bos gak bertahan lama, berganti dengan kejailan tingkat young entreperneur, dengan seringai ala serigala di yellowstone park, sang bos mulai ngerjain pegawainya, membuka order seluas luasnya, menjejali kumpulan boyben itu dengan pekerjaan yang maha banyak, tanpa henti, tanpa jeda.  Pas dengerin cerita itu saya langsung ngebayangin suasana kerja suatu pabrik di sebuah film kartun dengan mesin dan pekerja yang bekerja tanpa henti sampai sampai akhirnya urutan pekerjaannya jadi keliru keliru dan sang pekerja menjadi kering kerontang karena lupa segalanya. 

Sebagai bos berhak lah dia marah marah karena orderan yang gak beres beres, mulailah satu dua anggota boyben itu berkeluh kesah, setres, bahkan mungkin mendekati kegilaan, tapi masih ada yang optimis mengejar ketertinggalan, bekerja bagai robot dan bagai kuda, tanpa rasa, flat, numb, menunjukkan kegigihannya, gak kan menyerah dengan permainan bos nya, berteriak dengan lantang “ kami bisa “ sambil mengangkat screen tinggi tinggi, sementara teman temannya berteriak “ woi, kerja, bukannya latihan orasi buat demo buruh taun depan“.
Dan sang bos pun nyengir di balik motor matic nya yang terparkir manis di sebelah mercy pacarnya dengan umpatan yang hanya diucapkan dalam hati saja “ rasain lu boyben, makan tu kerjaan“.
Dan sampai saya menulis ini, para pegawai sablon kawakan itu belum menyerah, hebaaaad, 10 thumbs up !!!

Masih cerita dari si bos muda ini, suatu pagi yang gak cerah cerah amat, datanglah seorang pemuda ke rumah dia.  Yang pertama kali menemui pemuda itu adalah mama si bos, maka dengan inisiatip emak emak yang kadang rasa ingin tau nya melebihi petugas sensus itu, ditanyalah maksud dan tujuan datang kerumahnya.
Si pemuda dengan polosnya menjawab akan melamar pekerjaan karena melihat iklan lowongan kerja.  Mama si bos bertanya lagi tentang pengalaman kerja sang pemuda.  Masih dengan wajah polos tak bermake up nya, si pemuda mengatakan bahwa dia pernah bekerja sebagai tukang jahit suatu perusahaan di Jl. G.  Mama si bos yang memang lempeng itu berkata kepada anaknya dengan ekspresi dingin.
“tu ada pegawe lu yang mau ngelamar kerja“
Si bos muda ini pun bertanya tanya, apa maksud mamanya.  Ditemui lah sang pemuda, dan ketika tatapan mereka bertemu, pemuda polos pelamar kerja itu langsung jongkok bersimpuh sambil menutupi mukanya malu dan berbisik lirih “ampun bos“  sementara si bos nya pasang tampang jengkel tapi tertawa terbahak bahak di dalam hatinya.  Rupanya si pemuda ingin mencari pekerjaan yang menurut dia lebih baik sementara dia belum mengundurkan diri dan bolos kerja pulak, dan dia gak tau kalo yang dia datangi adalah rumah bos nya sendiri, walhasil bukannya pekerjaan yang di dapat malah ceramah berdurasi satu jam yang dia terima dari orang yang tadinya akan menjadi mantan bosnya atau mungkin sekarang sudah jadi mantan bosnya hehe.

#salam entreperneur sejati

Published with Blogger-droid v2.0.10

No comments:

Post a Comment