Tuesday, March 5, 2013

Sebuah tempat yang indah bernama pohon

Membaca komen di status teman saya, teh Rini, tentang seorang anak yang pagi pagi sudah nangkring di atas pohon mangga, membawa ingatan saya kembali ke beberapa puluh tahun  yang silam, persis sama dengan si anak tadi yaitu dimana saya masih suka nangkring di atas pohon jambu batu merah yang berdiri tegak di halaman rumah.

Selain pohon mangga, pohon jambu batu yang sudah cukup umur sampai yang nyaris menua adalah pohon yang ideal untuk melaksanakan kegiatan pernangkringan, tepat seperti pohon jambu saya dulu.  Walaupun tidak bersertifikat ala kucing mainecoon, tidak jelas siapa orang tuanya tapi pohon jambu  itu adalah pohon jambu cluster menengah keatas, terbukti dengan penampilan fisiknya dan buah yang dihasilkannya.  Pohon jambu saya itu mempunyai batang yang kokoh dengan  cabang cabangnya menjulur bak kaki kaki craken, ranting rantingnya berkelompok menyangga dedaunan yang lebat merimbun.  Bila sedang musimnya tiba, buah buah jambu itu bergelantungan indah, dari yang meranum sampai menguning.

Ritual pernangkringan itu biasanya dilakukan setelah pulang sekolah, kecuali hari minggu atau libur.  Di siang yang cerah, angin berhembus perlahan menggoyang goyangkan cabang cabang pohon.  Duduk di salah satu cabang yang menjulur malas ke jalan sambil menikmati sebuah jambu mengkal adalah hal yang luar biasa nikmatnya. Sensasinya sama seperti melahap nasi dan lauknya di sebuah saung tengah sawah sambil menikmati pemandangan bulir2 padi yang bergemerisik menguning.

Berdiam diatas pohon memang tiada dua rasanya.  Tidaklah mengherankan bila banyak yang menjadikan sebuah pohon sebagai tempat bermain, beristirahat, menyendiri, mencari inspirasi dan lain sebagainya, bahkan mahluk selain manusia pun betah bersemayam di pepohonan yang besar dan rimbun :D
Jadi jangan heran bila seorang David Beckham rela membelikan ketiga anak lelakinya sebuah rumah pohon yang harganya sekitar Rp. 183 juta.  Penulis novel Harry Potter, J.K. Rowling, membangun rumah pohon lengkap dengan terowongannya di Edinburgh yang berharga sekitar Rp. 3,5 milyar, mengapa mereka rela merogoh kocek dalam dalam demi sebuah rumah diatas pohon, mungkin karena hal itu memberikan kegembiraan tersendiri bagi anak anak bahkan orang dewasa sekalipun.

Pohon adalah sahabat anak anak, banyak anak sepertinya punya cerita tersendiri dengan sebuah pohon. Coba kita tengok film film anak dari negeri barat sana, cerita yang bersettingkan rumah pohon sudah tidak asing lagi.  Atau jangan jauh jauh deh, di film indonesia yang berjudul “get married“ pun *bila saya tidak salah lihat* kita bisa melihat sebuah rumah pohon dijadikan tempat nangkring para pemeran utamanya, padahal mereka bukan lagi kanak kanak. 

Jadi alangkah menyenangkannya bila kita masih mempunyai sebuah pohon besar yang kelak bisa diwariskan ke anak cucu kita, untuk ditangkringi.
Dan saya bersyukur bahwa saya pernah di beri kesempatan untuk merasakan bagaimana asiknya nangkring diatas pohon, yang membuat masa kanak kanak saya menjadi lebih indah, sebagaimana anak tetangganya teh Rini, di Manglayang sana.

Pohon mangga depan rumah, tetaplah tegar dan sangar !!!

#salam nangkring di pohon.

Published with Blogger-droid v2.0.10

No comments:

Post a Comment