Ikutan grup jadul jadi mengingatkan saya akan masa kecil saya yang menyenangkan walaupun hidup dalam segala keterbatasan. Sebenernya gak seneng seneng amat sih, beli baju lebaran aja musti nabung dulu di celengan tanah liat selama setaun :D.
Seperti hal nya anak perempuan seumuran, saya dulu sering main masak masakan, korbannya adalah daun Hibiscus rosa-sinensis aka kembang sepatu, daun ini di campur dengan air lalu di peras, dijadikan minyak goreng artificial, sedangkan bunganya, sering saya hisap bagian bawahnya, terasa manis semanis senyum mu pada ku #aih. Lalu ada cuscuta sp atau yang lebih di kenal dengan nama tali putri yaitu tanaman parasit berwarna kuning berperan sebagai mie nya, daun pluchea indica less atau beluntas si obat bau ketek sebagai sayurannya, dan campuran bunga setaman lainnya, di hajar di satu wadah di jadikan masakan ala chef chef terkenal pada jamannya, siapakah itu? auk ah gelap, tau nya kan cuma kak seto, kak heny, dan pak tino sidin, dan mereka itu bukan chef :p.
Sepulang sekolah, saya paling suka bermain di saluran air RT tetangga, agak jauh dari rumah, airnya sejernih air pam, mengalir dari hulu ke hilir dengan tenang. Di sana saya seringkali menangkapi ikan ikan kecil, menyaksikan berudu berenang kian kemari, menikmati rimbunnya pohon kersen sambil menyantap buah nya yang memerah, lalu dengan isengnya berjalan hilir mudik di jembatan yang terbuat dari batang kelapa yang tergeletak tak berdaya, melatih keseimbangan.
Saya pun biasa bermain di sebuah lapangan bertanah merah, duduk dipinggirannya beralaskan rumput yang menghijau, menikmati semilirnya angin sore sambil iseng mencabuti dan membaui akar rumput yang baunya nyaris seperti tarason. Di sana saya kerap menyaksikan anak lelaki bermain layangan dan sepeda.
Lain hari saya sudah menclok di sawah, mencari tutut diantara sejuknya genangan air pesawahan yang menyentuh kaki tak beralas. Setelah itu pindah ke perkebunan tak jauh dari situ, mencari buah hiris dan petai cina muda untuk di jadikan rujak seadanya.
Saya pun mempunyai tempat favorit, tempat favorit saya yang pertama adalah pohon jambu batu merah yang terletak di depan rumah. Saking seringnya di panjat, batang pohon jambu itu menjadi halus dan mengkilat. Pohon jambu itu rimbun, bila musim berbuah tiba, saya betah berlama lama di atasnya, kadang sambil meneriaki teman yang lewat di bawahnya. Saya baru turun bila ada ulat jengkal atau ulat jenis lainnya yang mulai menampakkan diri di depan hidung saya, ngaciiiiiirrrr adalah solusi yang paling tepat.
Pohon jambu batu putih di halaman rumah teman SD saya adalah tempat favorit kedua saya, biasanya setelah pulang sekolah kami kerap bergelantungan di sana, kadang berdua, bertiga bahkan berempat, dengan pohon sebesar itu, kayaknya cukup untuk menampung sekompi anak anak kecil.
Ngomongin masa kanak kanak pasti gak bakalan jauh dengan yang namanya permainan, kala itu banyak sekali jenis permainan yang biasa di mainkan, ada gatrik, loncat tinggi, spintrong, sondah, boy boy an, petak umpet, galah asin, congklak, kuwuk dengan bola bekelnya, halma, ular tangga, ludo, kwartet, kelereng, kutik dan beberapa lainnya. Yang paling saya ingat adalah bola yang di gunakan untuk bermain boy boy an yaitu gumpalan kertas koran yang di bentuk seperti bola lalu di masukan ke dalam plastik dan di ikat dengan karet gelang. Tujuan dari pembuatan bola kertas ini yaitu agar tidak sakit bila kita kena gebok lawan. Loncat tinggi adalah permainan yang menyenangkan, apalagi bila sampai bisa meloncati untaian karet yang di kepang itu di sesi “merdeka“. Puas sangat!.
Tentang jajanan, ah kalian semua yang satu angkatan pasti tau jajanan apa saja yang ada kala itu, dengan uang 25 perak, kita sudah bisa membawa makanan atau mainan yang kita sukai ke rumah bahkan ember bolong, tutup panci penyok, sandal jepit dan botol kecap bekas, bisa kita barter untuk sekedar menikmati manisnya arumanis dan gulali.
“Benar. Kita tak pernah lagi menjumpai kebahagiaan yang
setara dengan kebahagiaan masa
kanak-kanak kita“. (John Steinbeck)
#sigh.
Sekian dan terima kasih.
Seperti hal nya anak perempuan seumuran, saya dulu sering main masak masakan, korbannya adalah daun Hibiscus rosa-sinensis aka kembang sepatu, daun ini di campur dengan air lalu di peras, dijadikan minyak goreng artificial, sedangkan bunganya, sering saya hisap bagian bawahnya, terasa manis semanis senyum mu pada ku #aih. Lalu ada cuscuta sp atau yang lebih di kenal dengan nama tali putri yaitu tanaman parasit berwarna kuning berperan sebagai mie nya, daun pluchea indica less atau beluntas si obat bau ketek sebagai sayurannya, dan campuran bunga setaman lainnya, di hajar di satu wadah di jadikan masakan ala chef chef terkenal pada jamannya, siapakah itu? auk ah gelap, tau nya kan cuma kak seto, kak heny, dan pak tino sidin, dan mereka itu bukan chef :p.
Sepulang sekolah, saya paling suka bermain di saluran air RT tetangga, agak jauh dari rumah, airnya sejernih air pam, mengalir dari hulu ke hilir dengan tenang. Di sana saya seringkali menangkapi ikan ikan kecil, menyaksikan berudu berenang kian kemari, menikmati rimbunnya pohon kersen sambil menyantap buah nya yang memerah, lalu dengan isengnya berjalan hilir mudik di jembatan yang terbuat dari batang kelapa yang tergeletak tak berdaya, melatih keseimbangan.
Saya pun biasa bermain di sebuah lapangan bertanah merah, duduk dipinggirannya beralaskan rumput yang menghijau, menikmati semilirnya angin sore sambil iseng mencabuti dan membaui akar rumput yang baunya nyaris seperti tarason. Di sana saya kerap menyaksikan anak lelaki bermain layangan dan sepeda.
Lain hari saya sudah menclok di sawah, mencari tutut diantara sejuknya genangan air pesawahan yang menyentuh kaki tak beralas. Setelah itu pindah ke perkebunan tak jauh dari situ, mencari buah hiris dan petai cina muda untuk di jadikan rujak seadanya.
Saya pun mempunyai tempat favorit, tempat favorit saya yang pertama adalah pohon jambu batu merah yang terletak di depan rumah. Saking seringnya di panjat, batang pohon jambu itu menjadi halus dan mengkilat. Pohon jambu itu rimbun, bila musim berbuah tiba, saya betah berlama lama di atasnya, kadang sambil meneriaki teman yang lewat di bawahnya. Saya baru turun bila ada ulat jengkal atau ulat jenis lainnya yang mulai menampakkan diri di depan hidung saya, ngaciiiiiirrrr adalah solusi yang paling tepat.
Pohon jambu batu putih di halaman rumah teman SD saya adalah tempat favorit kedua saya, biasanya setelah pulang sekolah kami kerap bergelantungan di sana, kadang berdua, bertiga bahkan berempat, dengan pohon sebesar itu, kayaknya cukup untuk menampung sekompi anak anak kecil.
Ngomongin masa kanak kanak pasti gak bakalan jauh dengan yang namanya permainan, kala itu banyak sekali jenis permainan yang biasa di mainkan, ada gatrik, loncat tinggi, spintrong, sondah, boy boy an, petak umpet, galah asin, congklak, kuwuk dengan bola bekelnya, halma, ular tangga, ludo, kwartet, kelereng, kutik dan beberapa lainnya. Yang paling saya ingat adalah bola yang di gunakan untuk bermain boy boy an yaitu gumpalan kertas koran yang di bentuk seperti bola lalu di masukan ke dalam plastik dan di ikat dengan karet gelang. Tujuan dari pembuatan bola kertas ini yaitu agar tidak sakit bila kita kena gebok lawan. Loncat tinggi adalah permainan yang menyenangkan, apalagi bila sampai bisa meloncati untaian karet yang di kepang itu di sesi “merdeka“. Puas sangat!.
Tentang jajanan, ah kalian semua yang satu angkatan pasti tau jajanan apa saja yang ada kala itu, dengan uang 25 perak, kita sudah bisa membawa makanan atau mainan yang kita sukai ke rumah bahkan ember bolong, tutup panci penyok, sandal jepit dan botol kecap bekas, bisa kita barter untuk sekedar menikmati manisnya arumanis dan gulali.
“Benar. Kita tak pernah lagi menjumpai kebahagiaan yang
setara dengan kebahagiaan masa
kanak-kanak kita“. (John Steinbeck)
#sigh.
Sekian dan terima kasih.
posted from Bloggeroid
No comments:
Post a Comment